Pada pertengahan abad ke-20, astrometri kehilangan gayengnya terutama karena dua hal.Pertama, ambang batas ketelitian intrumen landas Bumi telah dicapai. Ketika cahaya bintang melewati atmosfer Bumi, berkas cahaya tersebut akan bergetar dan menyulitkan pengukuran posisi secara teliti. Kedua, banyak astronom yang berpindah menjawab permasalahan-permasalahan lain dalam astronomi.
Astrometri tidak lagi dianggap sebagai bidang yang menjanjikan bagi ilmuwan-ilmuwan muda.
Ide untuk mengatasi gelora atmosfer Bumi adalah dengan mengirimkan instrumen ke ruang angkasa, di mana atmosfer Bumi tidak lagi menjadi pengganggu. Pada tahun 1989, satelit Hipparcos diluncurkan sebagai pengejawantahan ide ini. Selama 4 tahun satelit ini beroperasi mengamati bintang-bintang.
Sebagai sebuah pionir astrometri antariksa, satelit ini berhasil mengamati posisi, sudut paralaks, dan gerak diri sekitar 120.000 ribu bintang dengan ketelitian milidetik busur. Satu detik busur adalah sudut kecil di mana 60 detik busur adalah 1 menit busur, dan 60 menit busur adalah 1 derajat. 1 milidetik adalah 1/1000 detik busur. Ketelitian pengukuran 1 milidetik busur ini sama dengan mengamati seekor gajah di permukaan Bulan.
Hasil yang diperoleh Hipparcos tidaklah buruk dan dari analisis data ini kita dapat mengkonfirmasi pemahaman dasar kita selama ini mengenai bintang. Terlebih lagi, Hipparcos mampu menghidupkan kembali ketertarikan pada astrometri yang sebelumnya sempat mati suri.
Hipparcos sebagai hasil uji materi membuktikan prospek terang astrometri antariksa, dan membuka jalan bagi penerusnya yaitu satelit Gaia. Ide mengenai satelit Gaia, yang akan melakukan pengukuran astrometri pada ketelitian mikrodetik busur (sepersejuta detik busur), sudah bergulir semenjak tahun 1993, setelah misi Hipparcos berakhir. Pada tahun 2000, proposal pembangunan Gaia disetujui oleh Badan Antariksa Eropa (ESA).
Pembangunan Gaia membutuhkan waktu 13 tahun dan menghabiskan dana sekitar 1 miliar Euro. Dalam prosesnya, Gaia melibatkan sekitar 450 ilmuwan dari 20 negara Eropa.
Satelit Gaia akan melakukan pengamatan berkelanjutan seluruh langit selama lima tahun ke depan. Gaia akan mengamati dan mengukur posisi seluruh objek di langit yang lebih terang dari magnitudo 20. Ambang ini sekitar 400.000 kali lebih redup dari ambang kepekaan mata manusia, dan sekitar 10.000 kali lebih peka dari Hipparcos. Diharapkan ada sekitar 1 miliar bintang di sekitar Matahari kita yang akan diamati, dan dari pengamatan ini akan diukur sudut paralaks dan gerak diri bintang dengan ketelitian yang mencapai 10 mikrodetik busur.
Ketelitian ini setara dengan pengamatan kupu-kupu di permukaan bulan. Tidak hanya itu, Gaia juga akan melakukan pengukuran kecerlangan dan spektrum seluruh bintang yang terdeteksi. Dari pengukuran spektrum ini kita dapat mengukur kecepatan pergerakan bintang dan juga mengetahui temperatur dan kandungan kimia bintang tersebut.
Dapat dikatakan Gaia akan melakukan sensus Bimasakti. Sebagaimana sensus penduduk dapat memberikan banyak informasi mengenai keadaan suatu daerah, melakukan sensus Bimasakti juga akan dapat membantu kita memahami riwayat perkembangan galaksi kita. Diperkirakan ada sekitar 100 miliar bintang di dalam galaksi kita, dan Gaia akan mengamati sekitar 1 persen dari bintang-bintang penghuni Bima Sakti. Data yang jumlahnya demikian besar ini akan membantu kita memahami bagaimana galaksi kita terbentuk.
Apabila tidak ada halangan, maka hari ini satelit Gaia akan diluncurkan pada pukul 9.12 pagi waktu Greenwich, atau pukul 16.12 Waktu Indonesia Barat. Gaia akan diluncurkan dari Bandar Antariksa Kourou di Guyana, Amerika Latin, dengan menggunakan roket Soyuz buatan Rusia. Sekitar satu jam setelah peluncuran, Gaia akan membuka tameng pelindungnya yang akan melindungi instrumen-instrumen Gaia dari radiasi Matahari. Berhasil atau tidaknya pembukaan tameng pelindung ini merupakan tahapan kritis dari seluruh misi dan akan menentukan nasib selanjutnya. Apabila pembukaan tameng ini tidak sukses, dapat dikatakan keseluruhan misi akan gagal.
Apabila tameng pelindung Gaia membuka dengan sukses, maka Gaia akan diberangkatkan menuju Titik Lagrange 2 (L2). Titik ini berjarak sekitar 1.5 juta kilometer dari luar orbit Bumi kita, dan merupakan titik yang stabil secara gravitasi dan relatif bebas dari gangguan gravitasi Bulan dan Matahari. Juga merupakan tempat yang ideal untuk melakukan pengamatan dengan ketelitian tinggi. Perjalanan dari Bumi menuju Titik L2 akan membutuhkan 30 hari. Untuk menonton siaran live peluncuran Gaia dari Kourou, bisa menyaksikan situs web ESA, mulai pukul 15.50 WIB.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR