Penelitian yang dilakukan di University of Scranton, seperti dilansir oleh Huffington Post 30 Desember 2013, menyebut, hanya delapan persen saja yang berhasil terkiat resolusi sehat tiap pergantian tahun baru. Tentu saja ini menjadi antitesis, mengingat banyak yang berharap di tahun baru pola hidup mereka berubah, lebih sehat, berat badan turun, stres berkurang, dan lain sebagainya.
Pada nyatanya, das sein tak pernah sejalan dengan das sollen, kenyataan tak pernah sesuai dengan harapan yang ideal. Boleh saja berekspekspektasi tinggi di tahun baru, tapi jika beberapa kebiasaan tidak bisa dirubah, semuanya akan percuma. Salah satu yang paling prinsipil adalah pola tidur.
“Meningkatkan tidur pada malam hari sangat efektif untuk meningkatkan kualitas hidup saat siang hari,” ujar Alon Avidan, profesor neurologi dan direktur di UCLA Sleep Disorder Center.
Secara spesifik Alon memberi penjelasan bagaimana tidur mempunyai hubungan dengan pola hidup yang lain.
Tidur, lapar, dan berat badan. Terlalu sedikit tidur memiliki korelasi terhadap bertambahnya berat badan dan obesitas. Sebuah penelitian menyebutkan, semakin banyak waktu untuk tidur, semakin sedikit waktu untuk “nyemil”.
Studi sederhana yang diterbitkan oleh Wall Street Journal pada 2012 silam menemukan, tertidur pendek akan meningkatkan kadar ghrelin, yang memicu rasa lapar pada pria, dan menurunkan kadar hormon penekan nafsu makan GLP-1 pada perempuan.
Tidur dan ingatan. Saat fase tidur REM, otak terus aktif, seolah-olah sedang terjaga. Itu kenapa fase ini sangat erat hubungannya dengan fungsi belajar dan memori saat tidur.
Menurut sebuah penelitian pada 2013, sifat restoratif tidur dapat membawa kenangan jangka pendek ke keranjang memori jangka panjang. Tidur yang hemat, membuat terjadinya proses degeneratif pada otak dan menghalau proses-proses yang tersebut di atas.
Tidur dan panjang umur. Tidur yang pendek, tidak hanya membuat krisis kesehatan, tapi ia juga mengancam nyawa. Stroke, serangan jantung, dan kanker, dapat muncul akibat pola tidur yang kurang teratur. Dalam jurnal SLEEP disebutkan, orang yang secara teratur tidur kurang dari 6-8 jam, 25 kali lebih cepat meninggal daripada mereka yang tidur normal, 6-8 jam.
“Televisi adalah musuh nomer satu yang sangat berpotensi menghalau waktu tidur Anda,” ujar Alon. Yang paling mungkin dilakukan adalah membuat resolusi baru soal tidur dan menjadikan tidur sebagai prioritas utama.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR