Peneliti dari Emory University di Atlanta menemukan, membaca novel dapat meningkatkan konektivitas di otak dan mendorong imajinasi seseorang ke dalam pikiran protagonis.
Para peneliti mengatakan, membaca cerita menyebabkan perubahan dalam resting state (area otak yang aktif secara bersamaan selama bentuk istirahat).
Kelompok peneliti menggunakan pemindai functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk mengidentifikasi perubahan dalam aktivitas otak. Mereka menemukan, efek yang dihasilkan setelah membaca berlangsung sampai lima hari.
Gregory Berns, seorang neuroscientist sekaligus penulis utama studi ini mengatakan, pihaknya ingin mengetahui bagaimana sebuah cerita masuk ke otak.
Hasilnya, konektivitas meningkat di korteks temporal, area otak yang berhubungan dengan penerimaan bahasa dan wilayah motor sensorik utama.
"Perubahan saraf yang kami temukan terkait dengan sensasi fisik dan pergerakan sistem menunjukkan bahwa membaca novel dapat membawa Anda ke dalam diri protagonis," kata Berns.
"Kami sudah tahu bahwa cerita yang baik dapat menempatkan Anda dalam posisi orang lain dalam arti kiasan. Sekarang kita melihat bahwa sesuatu juga dapat terjadi secara biologis," tambah Berns.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Brain Connectivity, memfokuskan pada 21 siswa yang masing-masing diminta untuk membaca buku thriller yang sama, Pompeii (2003) yang ditulis oleh Robert Harris.
Para siswa membaca sebagian dari buku setiap malam selama 19 hari sebelum dipindai menggunakan fMRI keesokan harinya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR