Sentuhan teknologi multimedia langsung menyapa pengunjung saat memasuki Museum Kain di kawasan pantai Kuta, Bali. Di ruang area penyambutan pengunjung disajikan audio lewat soundtubes dan visualisasi tradisi kain yang dinamis. Dalam soundtubes ada suara Obin sang pemiliknya yang menyambut pengunjung to enter the world of cloth. "Suara Obin dibuat agak kecil agar pengunjung mendekati soundtube," jelas Annisa Gultom, Direktur Museum Kain.
Strategi ini mengkombinasikan gerak motorik dan sensorik dari pengunjung. Visualisasi tradisi kain yang dinamis dibuat dengan teknologi 3D. Gambar 3D kain batik beraneka corak tampil di layar putih yang terbuat dari batik putih. Ini menjadi corporate identity dari Museum Kain. "Kami menyebutnya the floating foax," Annisa menambahkan.
Ini adalah museum pertama yang didirikan oleh Josephine Komara yang lebih dikenal sebagai Obin pemilik BINhouse yang selama ini membuat kain perpaduan teknik tradisional. Berbagai macam kain tenun dan batik rancangan Obin, mulai dari kain panjang, sarung, selendang, shoulder cloth, dan lain-lain. Walau begitu Obin lebih senang menyebut dirinya "tukang" kain dibandingkan istilah perancang.
Memasuki ruang peralihan pengunjung akan melihat deretan foto-foto dari masa ke masa tentang batik dan kain di Nusantara. Foto-foto lama hitam putih dan foto-foto berwarna mas kini ditampikan di ruang ini. Selain itu ada foto-foto artefak patung emas yang tokohnya menggunakan batik.
Selepas itu pengunjung berhadapan dengan deretan kain-kain yang mewakili setiap tahap pembuatan batik. Di bawah setiap kain terdapat video yang memperlihatkan proses pembuatan. Paling ujung diperlihatkan hasil akhir kain batik. Di area inilah pengunjung bisa menyentuh kain batik itu. Dengan menyentuh dan meraba kain dari tiap tahapan-tahapan pembuatannya pengunjung bisa mengetahui bagaimana handfeel kain batik dalam setiap tahapan pembuatannya .
Di seberang kiri media ini ada permainan lewat layar transparan yang menggunakan teknologi layar sentuh. Permainanya di beri judul how to make Batik. Puzzle game yang memperlihatkan tahap-tahap pembuatan batik dan video yang berkaitan dengan setiap tahap. Pengunjung diajak berinteraksi dengan dunia batik.
Selain permainan ini ada dua permainan lagi, yaitu make your own sarong. Dengan permainan ini pengunjung diajak menyusun motif dan latihan mendesain kain. Satu lagi adalah choose your own style. Suatu permainan memilih gaya memakai kain. Tapi untuk saat ini hanya disediakan ragam video cara pakai kain saja dan belum dilengkapi kainnya.
Di ruang selanjutnya pengunjung akan melihat koleksi kain antik yang dimiliki Obin. Yang menarik Obin membuat bilik khusus untuk kain-kain batik dari Solo dan Cirebon. Karena menurutnya dua kota ini adalah pusat inovasi batik. Banyak corak baru dibuat di dua kota itu. Pengaruh cina, arab dan eropa masuk ke dalam corak batik dari dua kota itu. Sebagai pembandingnya disisipkan dua kain batik dari kota Pacitan dan Yogyakarta.
Ide mendirikan Museum Kain ini dari mendiang suami Obin, Roni Siswandi. Ia punya mimpi mendirikan sebuah pusat keunggulan dalam pelestarian, ruang pamer dan mengkomunikasikan warisan kain Indonesia yang kaya. Lalu Obin pun mewujudkannya dalam Museum Kain yang multimedia dan interaktif.
Salah seorang pengunjung museum asal Jakarta, Sisi Suhardjo, terkesan dengan museum ini. "Desainnya berbeda, jauh dari kesan museum yang ada di Jakarta. Kalau di Jakarta museumnya sudah tua, banyak debunya. Ada beberapa area yang pake A.C. tapi biasanya tak terawat dengan baik. Jadi senang kayak pergi ke museum di luar negeri," Sisi menjelaskan kesan pertamanya saat mengunjungi museum ini.
Museum Kain ini memang belum dibuka secara resmi. "Masih soft launching," jelas Direktur Museum Kain, Annisa Gultom. Walau begitu peminatnya sudah berdatangan, kebanyakan wisatawan mancanegara. "Saya sih berharap yang datang nggak kebanyakan orang bule. Karena dari tadi yang keluar kalau nggak korea orang jepang," komentar Sisi Suhardjo melihat wisatawan asing yang keluar masuk Museum Kain.
Jadi, kalau anda kebetulan sedang ke Bali. Datanglah ke Museum Kain di lantai 3 Beachwalk Shopping Center di pantai Kuta. Jangan kalah sama bule untuk mengapresiasi karya anak bangsa sendiri!
Penulis | : | |
Editor | : | Tabloid Nakita |
KOMENTAR