Jerman Barat, 1972. Petugas keamanan tengah memburu kelompok Baader-Meinhof. Setelah mengetahui bahwa kelompok gerilya ini lebih menyukai gedung apartemen sebagai tempat persembunyian, petugas mengumpulkan data penggunaan energi.
Mereka mencari apartemen yang mengonsumsi listrik dengan jumlah sedikit atau malah sebagian besar waktu, pemiliknya tidak menggunakan listrik tetapi sewa apartemen tetap dibayar penuh. Dan ternyata berhasil. Salah satu apartemen memiliki profil yang cocok dan akhirnya kelompok tersebut berhasil diringkus.
Kini, Anda tidak perlu menjadi petugas kepolisian untuk mengetahui apa yang bisa diinformasikan oleh pola penggunaan energi, misalnya dari total durasi mereka menyalakan televisi. Ini merupakan salah satu alasan mengapa akuisisi Google terhadap perusahaan yang disebut Nest Labs memunculkan kekhawatiran.
Nest Labs, perusahaan asal Palo Alto, California merupakan produsen thermostat cerdas yang bisa mempelajari perilaku pengguna dan mengatur tingkat pemanasan ruangan sesuai dengan pola perilaku pemilik rumah. Tetapi, alat yang nyaman dan sangat membantu penggunanya ini juga ternyata memiliki potensi adanya pelanggaran privasi.
Pendiri Nest sendiri menyebutkan bahwa mereka tidak punya rencana untuk membagikan data-data perilaku penggunanya. Namun hanya sedikit yang percaya bahwa prinsip ini akan terus dipegang teguh. Apalagi jika mengingat seluruh model bisnis Google didasari oleh mengumpulkan data pengguna, mengemasnya, dan menjualnya pada pengiklan.
Sisi positifnya, konsep rumah pintar yang terhubung ke Internet semakin dekat. Sayangnya, bersama dengan merebaknya skandal mata-mata yang dilakukan NSA membuat pengguna seperti kita perlu mendapatkan jaminan bahwa apa yang ada di dalam rumah tidak bisa diketahui orang lain.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR