Ada empat jenis kanker tiroid, yaitu papiler, folikuler, anaplastik atau meduler. Risiko lebih tinggi terjadi pada usia 25 – 65 tahun. Tapi pada penderita berusia di bawah 20 tahun dan di atas 50 tahun, risiko keganasan lebih tinggi. Anak usia di bawah 20 tahun memiliki risiko keganasan dua kali lipat. Pada wanita 3 – 4 kali lebih sering, tapi bila pria terjangkit, risiko keganasannya lebih tinggi. Ras Asia dan yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan, pembesaran atau kanker tiroid pun berisiko lebih tinggi.
Sekitar 50 – 71,4% kanker tiroid adalah jenis papiler lebih sering terjadi 2 – 3 kali pada wanita muda (usia di bawah 40 tahun), di akhir masa kanak- kanak atau awal kehidupan dewasa. Tapi pada usia lanjut kanker ini lebih cepat tumbuh dan menyebar. Tumor ini tumbuh lambat, bersifat menahun dan terutama menyebar ke kelenjar limfe.
Risiko tinggi kanker papiler ditemukan pada yang pernah menjalani terapi penyinaran di leher dan kepala saat kanak-kanak. “Tapi kasus ini kecil sekali, kurang dari 1%. Kalau pun terjadi, baru sekitar 20 tahun kemudian setelah penyinaran,“ ujar DR Sonar Soni Panigoro, Sp.B-Onk, M.Epid dari RSCM, Jakarta.
“Ingat, pemicu kanker adalah senyawa kimia, virus dan radiasi. Tiroid itu organ yang rentan menjadi keganasan. Jadi jangan dijadikan alasan menolak terapi penyinaran untuk mengatasi suatu gangguan di kepala dan leher karena khawatir berkembang jadi kanker tiroid “
Kanker folikuler mencakup 15 – 25% kanker tiroid, lebih sering ditemukan pada wanita di atas 40 tahun. C enderung menyebar melalui aliran darah ke berbagai organ tubuh hingga kadang ditemukan tumor di tulang seperti di tengkorak.
Kanker anaplastik mengambil 8,4 - 10% kanker tiroid yang paling sering ditemukan pada wanita usia lanjut, tumbuh sangat cepat dan biasanya menyebabkan benjolan besar di leher, sering dengan kesulitan bernafas dan menelan, serta suara serak. Tumor ini sangat ganas terutama pada usia tua.
Karsinoma meduller meliputi sekitar 1,4 – 10 % keganasan tiroid terutama didapat pada usia di atas 40 tahun tetapi ditemukan di usia lebih muda bahkan anak Tumor ini berbatas tegas dan keras pada perabaan, cenderung menyebar melalu sistem getah bening ke kelenjar getah bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. tekanan darah yang tinggi hati- hati dengan karsinoma meduller.
Pemeriksaan
Begitu diduga menderita gangguan tiroid, pasien disarankan menjalani sejumlah pemeriksaan untuk memastikan kondisi dan penanganannya. Pertama, pemeriksaan fisik, misalnya, apakah ada pembengkakan atau benjolan di leher, gangguan menelan, bernapas, atau suara parau. Kedua, pemeriksaan penunjang, yang meliputi pemeriksaan laboratorium untuk menilai Human Thyroglobulin, penanda kanker tiroid, dan kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH, hormon pemacu pengeluaran hormon tiroid), untuk menilai fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid tanpa menyingkirkan kemungkinan keganasan – 80% gangguan tiroid bukan kanker tiroid.
Pada pemeriksaan radiologi dilakukan foto paru-paru untuk menilai adanya sebaran. Dari pemeriksaan Ultrasonografi (USG) akan diperoleh gambaran anatomi rinci pada tumor, apakah berisi cairan, padat atau paduan cair-padat, dan kemungkinan keganasannya. Pemeriksaan Sitologi lewat Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy/FNAB), sejumlah jaringan tiroid diambil dan diperiksa dengan mikroskop. Ketepatan untuk menangkap jenis anaplastik, meduler dan papiler hampir 100%. Pilihan lain adalah dengan CT scan, PET scan, MRI atau NMRI untuk mendapat gambaran serupa.
Kanker tiroid jarang ditemukan pada tahap awal, stadium I (belum menyebar), “Kebanyakan yang terdini adalah di stadium II (sudah menyebar) karena memang tak menimbulkan keluhan, benjolannya sangat kecil yang bahkan tak teraba dari luar. Masuk stadium IV kalau sudah menyebar ke paru-paru, dan diameter tumor lebih besar dari 5 cm,“ papar Dr Sonas Panigoro, “Dari pemeriksaan darah pun takkan tertangkap. Hanya sel kanker darah dan prostat yang bisa dilihat dari pemeriksaan darah. Kalau sudah ada gangguan menelan dan bernapas sebenarnya sudah lanjut.“
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR