Dua pewaris tahta Inggris, Pangeran Charles dan Pangeran William menyampaikan permintaan kepada masyarakat untuk menghentikan perdagangan satwa ilegal.
Dalam pesan yang akan disiarkan tersebut, Duke of Cambridge dan ayahnya Pangeran Charles, akan menyerukan kepada masyarakat untuk bertindak menyelamatkan satwa langka seperti badak, gajah dan harimau.
Permohonan yang disampaikan oleh Pangeran Charles dan duke, bertepatan dengan konferensi konservasi satwa liar di London.
Dalam pesannya, Pangeran Charles, yang juga merupakan presiden organisasi WWF-UK, mengatakan perdagangan satwa ilegal mencapai tingkat yang tidak diperkirakan sebelumnya dan berkaitan dengan tindakan kekerasan, dan menimbulkan "ancaman besar" terhadap satwa langka dan juga stabilitas ekonomi dan politik di sejumlah negara di dunia.
Dia menambahkan, lebih dari 30.000 gajah tewas dibunuh pada tahun lalu, dan hampir 100 kematian tiap harinya.
Pesan tersebut disampaikan dalam sejumlah bahasa, termasuk Mandarin, Arab dan Swahili.
Sehari sebelum menyampaikan permohonan publik untuk menghentikan perdagangan satwa ilegal, Pangeran William berburu rusa dan babi hutan di Spanyol.
Tak dijelaskan apakah perburuan yang dilakukan Pangeran William di Spanyol merupakan tindakan ilegal.
Seorang juru bicara kerajaan mengatakan duke merupakan seorang pendukung kehidupan satwa liar.
Seorang juru bicara kerajaan mengatakan :"Duke of Cambridge selama beberapa tahun telah menjadi pendukung kehidupan satwa langka dan melakukan kampanye untuk menghentikan perdagangan cula badak dan gading gajah.
"Rekam jejaknya dalam masalah ini akan menjadi bukti."
Menanggapi tentang kepergian Pangeran William ke Spanyol untuk berburu, koresponden kerajaan BBC, Nicholas Witchell mengatakan: "Perjalanan itu jauh dari tindakan melakukan perburuan satwa langka, tetapi beberapa kalangan mungkin merasa pergi berburu sebelum melakukan kampanye tingkat tinggi, tidak tepat."
Menurut The Sun, duke pergi berburu bersama dengan saudara laki-lakinya Pangeran Harry.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR