Peluang bisnis dupa di Bali memang sangat menggiurkan. Dalam sehari, satu keluarga di Bali bisa menggunakan sebanyak 15 dupa untuk upacara keagamaan harian. Jika mayoritas keluarga-keluarga di Bali menggunakan dupa setiap hari, ceruk bisnis memproduksi dupa tentu cukup besar.
Melihat peluang bisnis itulah, I Made Dwija Nurjaya membidik bisnis ini dengan memberdayakan masyarakat Bali di lingkungannya. Melihat hal itu, Dwija mantap menjalankan bisnis ini agar warga di Bali tidak lagi bergantung pada produk dupa dari luar Bali. Berbekal pengalaman bekerja di salah satu sektor usaha kreatif di Bali, Dwija mencoba mendirikan usaha sendiri di tahun 2003 silam.
Dwija mengatakan, selama ini suplai dupa memang masih dikuasai oleh produsen-produsen di luar Bali khususnya daerah Jawa. Selain itu, produksi dupa dari China juga cukup mendominasi suplai dupa di Bali, selain India. Dia bilang, lantaran kebutuhan dupa di Bali sangat tinggi, tidak heran jika kiriman dupa dari luar pulau Bali bisa mencapai 10 ton dalam sehari.
Sekitar lima ton dupa berasal dari luar Bali terutama dari daerah-daerah di Jawa. Sebagian lagi impor dari sejumlah negara seperti China. Jika bagian impor bisa diambil alih oleh produsen lokal di Bali, maka hitung-hitungan keuntungan yang bisa diraih tentu cukup menggiurkan.
Meskipun pasokan dupa masih di dominasi oleh dupa dari Jawa dan impor, pria lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Bali ini mencoba untuk menjadi pemasok utama di daerahnya sendiri, terlebih untuk dupa herbal buatannya. Ia mengklaim hanya dirinya yang memproduksi dupa herbal di Bali bahkan di Indonesia.
Dalam segi pemasaran, Dwija hanya memasarkan dupa herbal buatannya melalui mulut ke mulut dan melalui online. Dwija merasa tak menemui kesulitan untuk memasarkan karena dupa buatannya punya karakteristik khusus, yakni berbahan baku herbal. "Saya disarankan oleh pihak pemkot Bali supaya dupa herbal ini memiliki ciri khas," ujar Dwija
Kini, ia dipercaya untuk tetap memasok dupa ke sejumlah daerah yang ada di Bali. Lewat bisnis dupa herbal ini, di tahun 2013 lalu Dwija diganjar penghargaan "Sarana Budaya Ekonomi Kreatif" oleh pemerintah kota di Bali.
Saat ini ia sedang fokus menjadikan usahanya semakin berkembang dan menjadi satu-satunya pemasok dupa herbal utama di Bali, sehingga warga Bali tidak lagi memiliki ketergantungan kepada daerah lain.
Menurut Dwija, faktor penting yang mendorong usaha berkembang, karena ia memberdayakan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya untuk memproduksi dupa.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR