Peluang ditemukannya tujuh turis Jepang yang hilang di Bali kian kecil. Hingga pagi ini, Senin (17/2), belum ada informasi yang menunjukkan keberadaan para korban.
Memasuki hari ke 3, pencarian terhadap tujuh warga negara jepang yang hilang di kawasan Blue Point, Nusa Lembongan pada Jumat lalu, masih belum menuai hasil. Tim Basarnas pun memperluas upaya pencarian hingga ke arah timur hingga 17 NM dari lokasi kejadian. Total luas pencarian mencapai 106NM.
Pencarian korban juga terus dilakukan dengan helikopter yang terbang rendah hingga 100-200 feet menyisir sampai ke Mataram.
Sejauh ini, Kepala Kantor Basarnas Denpasar, Didi Hamzar selaku SAR Mission Coordinator sempat mengatakan, pada pengalaman sebelumnya, dalam waktu 2 x 24 jam apabila ada arus bawah, seharusnya korban sudah ditemukan terapung. Sehingga, kecil peluang korban ditemukan apabila korban tidak mengapung.
"Secara rasional peluang karena hanya dengan satu tabung selam satu jam dan dia harus naik sekitar 1-10 menit, dan belum muncul sejak pukul satu sampai sore. Silakan dijawab sendiri lah," ungkap Didi dalam jumpa pers di kantor Basarnas Denpasar kemarin sore.
Tim SAR menghadapi kendala-kendala yang menyulitkan pencarian di antaranya adalah kondisi Selat Badung yang arahnya berganti-ganti dan sulitnya berkomunikasi dengan operator YELLOW Scuba Bali sebagai sumber resmi.
Hal tersebut sangat disayangkan karena upaya penggalian identitas secara lengkap menjadi sulit. Tim SAR juga harus menghadapi cuaca bali di mana kondisi angin berubah-ubah secara fluktuatif.
Sebanyak 88 orang Tim SAR dibantu dengan 50 orang unsur potensi yang dapat membantu seperti Kapal negara, POLAIR, Satlantas, Bareskrim, Balawista, TNI AL, dan perusahaan maruti ekspres juga beberapa penyelam saling berkoordinasi untuk melakukan upaya pencarian.
Pencarian akan diteruskan menggunakan pola yang sama hingga esok, hari Selasa (18/2). Jika sampai saat itu pencarian masih nihil maka pola pencarian akan diubah. Karena jika korban tidak ditemukan mengapung berarti korban sudah terbawa arus lepas laut Bali.
Mitologi Dayak Kalimantan: Orangutan Sebagai Spesies Istimewa Bagi Masyarakat Adat
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR