Kandungan kimia dari berbagai racun juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk memerangi kanker secara langsung. Peptida racun, yang merupakan rantai pendek asam amino, memanipulasi sinyal seluler dengan menargetkan reseptor spesifik. Itu berarti beberapa komponen racun mungkin dapat mematikan produksi sel tumor sambil meninggalkan sel-sel sehat saja.
Di Inggris Raya, Carol Trim, dosen senior di Christchurch University, dan mahasiswa doktoral Danielle McCullough telah menyelidiki protein yang ditemukan dalam sel kanker tertentu yang disebut reseptor faktor pertumbuhan epidermal. Mereka meneliti bagaimana racun dari ular, kalajengking, dan tarantula dapat memblokir aktivitas reseptor ini.
Di New York, Holford sedang mengerjakan karakterisasi peptida racun siput dengan tujuan mengembangkan terapi baru untuk kanker dan pengendalian nyeri.
Holford juga mencoba menguraikan genetika racun dengan menumbuhkan kelenjar mini, atau organoid, dari sel induk. Peneliti lain baru-baru ini sukses dalam menumbuhkan kelenjar racun ular, tetapi Holford berfokus pada pemodelan organ penghasil racun siput. Akhirnya, dia berharap untuk membuat seluruh perpustakaan model kelenjar racun dengan tujuan mempelajari genetika organoid yang tumbuh di laboratorium itu.
“Apa yang akan dilakukan organoid tidak hanya mempelajari bahasa itu, tetapi juga dapat memanipulasi bahasa itu,” kata Holford. “Dan kemudian kita akan memiliki kontrol yang jauh lebih kuat tentang apa yang bisa dilakukan peptida racun kepada kita.”
Salah satu tantangan utama adalah banyak obat yang ada berdasarkan peptida racun harus disuntikkan karena sebagian besar peptida rusak dalam sistem pencernaan. Untuk mengembangkan pil berbasis racun, obat harus tahan terhadap kerusakan di usus atau hati, tetapi masih larut dalam aliran darah, kata Steve Trim. Dia merupakan seorang ilmuwan farmasi, pendiri perusahaan Venomtech Ltd. di Inggris, dan suamidari Carol Trim.
“Itu berarti merekayasa ulang peptida itu sendiri—sebuah penelitian yang merupakan ilmu baru dan menarik bagi saya,” kata Trim.
Namun terlepas dari semua kemajuan teknologi ilmu racun, Holford tidak pernah melupakan satu fakta bahwa pekerjaan ini bergantung pada meniru dan memanipulasi apa yang telah diciptakan alam.
“Hewan-hewan menunjukkan jalan kepada kita, dan mereka menunjukkan jalan kepada kita dengan alat-alat yang kita mengerti cara kerjanya,” ujarnya. "Pertanyaan bagi kami adalah mencari tahu bagaimana mereka bekerja."
Baca Juga: Ubur-ubur Beracun Sengat Ribuan Orang di Australia, Apa Penyebabnya?
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR