Tujuh orang wisatawan Jepang tertimpa musibah saat menyelam di perairan Bali. Satu dari dua wisatawan asal Jepang yang hilang saat menyelam itu ditemukan tewas di sekitar perairan Sakenan, Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Selasa (18/2) petang. Satu lagi korban hilang masih dicari.
Adapun lima wisatawan lain telah ditemukan selamat, Senin (17/2), di sekitar Manta Point, 20 kilometer lebih dari titik penyelaman terakhir di Mangrove Sakenan Point. (Baca di sini)
Mereka bukan tak berpengalaman. Para penyelam rekreasi yang semuanya perempuan itu memiliki catatan selam lebih dari 50 kali. Bahkan, dua di antaranya mengantongi sertifikasi selam master dan instruktur.
Bagaimana mereka yang telah berpengalaman mengalami kecelakaan? Ada beberapa faktor yang bisa memicu. Pertama, kondisi cuaca sangat mudah berubah. Kedua, ketidakakuratan perhitungan waktu dan lokasi penyelaman.
Ketika memilih lokasi penyelaman yang sudah terkenal akan kekuatan arusnya, perhitungan menjadi modal kesuksesan penyelaman. Perairan laut Nusa Penida, tempat para turis Jepang menyelam, dikenal arusnya mudah berubah-ubah.
Therresia Gerungan Soetamanggala, pengelola operator selam lokal Octopus Dive di Nusa Lembongan (satu dari tiga pulau penyusun Nusa Penida), mengatakan, karakter perairan setempat yang berarus, membuat operator setempat hanya memiliki 4-6 jam waktu terbaik bagi tamu untuk menyelam.
Saat kejadian, Jumat (14/2), tujuh wisatawan Jepang itu mengunjungi tiga lokasi selam. Pertama di Manta Point (Manta Secret) kemudian ke Crystal Bay dan terakhir di Mangrove Sakenan Point. Hari itu dilaporkan ada arus kencang dan turun hujan deras. Berdasarkan data pelayaran BMKG, tinggi gelombang setempat lebih dari 1,5 meter.
Mereka turun ke bawah air dari kapal sewaan Ocean Express sekitar pukul 13.00. Namun, hingga berjam-jam berlalu, operator kapal Agus Tinus dan Gede Sukadana tak menemukan jejak gelembung para penyelam.
Arus bawah laut
Jika membaca grafik pasang-surut (tide chart) dari www.indosurf.com.au hari itu adalah hari pertama sebelum bulan purnama. Pada pukul 13.00 ke 14.00 tinggi air pasang 1,62 meter, 1,30 meter, dan terus turun hingga 0,78 meter.
Perbedaan ketinggian pasang ini menjadikan perairan berarus. Pilihan satu-satunya untuk menyelam saat itu adalah menggunakan teknik penyelaman arus (drift dive).
Pimpinan penyelaman, tingkat instruktur, minimal master, harus bisa menentukan lokasi entry dan lokasi keluar yang disampaikan kepada penyelam lain juga bagi operator kapal. Jika tak terencana, bisa-bisa penyelam dari Mangrove Sakenan Point terseret arus hingga Blue Corner Point yang berjarak sekitar 4 kilometer. Ujung Mangrove Sakenan adalah pintu Blue Corner.
Di Nusa Penida, Blue Corner lebih terkenal dengan julukan "Jurassic Park". Ini karena arusnya yang sulit diprediksi dan konturnya seperti lembah dan tebing lengkap dengan pemandangan ikan besar, seperti tuna, bullray, stingray, eagle ray, manta ray, dan hiu.
Menurut Josaphat Sri Sumantyo, Guru Besar Universitas Chiba, Jepang, kepada Tribunnews.com, analisis synthetic aperture radar (SAR) menunjukkan terdapat arus bawah laut di Nusa Penida. Arus ini terjadi karena terdapat perubahan permukaan laut di Laut Jawa dan Samudra India. Pada musim tertentu mengalir ke selatan dan musim lainnya ke utara.
Kondisi alam seperti ini biasanya terbaca dengan baik oleh penyelam lokal. Karena itu, sebaiknya penyelaman rekreasi memanfaatkan pendampingan penyelam lokal yang mumpuni dan mengerti karakter arus dan perairan setempat.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR