Ribuan ikan jenis Kuwe atau dalam bahasa lokal bobara, mati mendadak. Setidaknya dua pemilik keramba terapung di pantai Manembo-nembo, Matuari, Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, mengeluh lantaran kejadian tersebut.
"Ikannya tiba-tiba mati mendadak. Tidak tahu apa sebabnya, ini baru pertama kali terjadi di sini," ujar Devi Rumampak, salah satu pemilik keramba kepada Kompas.com, Kamis (27/2).
Menurut Devi, ikan yang dibudidaya itu mulai mati sejak Selasa malam. Jumlah ikan yang mati bertambah hingga Rabu subuh. Bahkan, hingga kini ikan yang tersisa juga ikut mati.
"Sudah sekitar 7.000 ekor ikan saya mati. Padahal ikan-ikan itu sedikit lagi dipanen," jelas Devi. Akibat kejadian itu, Devi merugi hingga Rp200 juta.
Keluhan yang sama disampaikan Yosephus Indi. Pemilik keramba yang bersebelahan dengan Devi ini juga mengalami kerugian puluhan juta akibat ikan mati.
"Di keramba saya ada sekitar seribu ekor ikan yang juga mati. Kami tidak tahu apa penyebabnya hingga sekarang," terang Yesephus.
Para nelayan menduga, kematian ikan tersebut disebabkan oleh limbah yang dibuang oleh pabrik ke laut. Pasalnya, tidak jauh dari lokasi keramba ikan, terdapat dua pabrik pengolahan tepung kelapa. "Soalnya air limbahnya dibuang langsung ke laut. Kami curiga itu yang menyebabkan ikan-ikan kami mati," tambah Yosephus.
Sementara itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bitung telah mengirimkan stafnya untuk mengambil sampel bangkai ikan dan juga sampel air laut. Staf dari Karantina Ikan, Lidiawati mengatakan, hasil penelitian terhadap sampel itu baru bisa keluar lima hari setelah dibawa ke laboratorium.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR