Nationalgeographic.co.id—Para peneliti yakin, kerangka anjing yang dimakamkan pada 14 ribu tahun lalu, pernah sakit selama beberapa minggu dan dirawat oleh pemiliknya sebelum ia mati. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, anjing dan manusia sudah membangun hubungan yang dekat sejak 14 ribu tahun yang lalu.
Para peneliti yakin bahwa kerangka anjing yang dimakamkan pada 14 ribu tahun lalu, pernah sakit selama beberapa minggu dan dirawat oleh pemiliknya sebelum ia mati.
Janssens menganalisis kerangka anjing yang ditemukan secara kebetulan oleh para pekerja di sebuah makam kuno pada 1914 oleh sekelompok pekerja tidak jauh dari Bonn, Jerman. Diketahui bahwa makam tersebut sudah ada sejak masa Paleolitik dan menjadi yang tertua. Makam itu juga menunjukkan bukti awal adanya domestikasi anjing.
Kuburan itu sendiri, termasuk sisa-sisa seorang pria, seorang wanita dan dua anjing. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sisa-sisa tersebut berasal dari era Paleolitik, membuatnya berusia 14.000 tahun. Ini adalah kuburan tertua yang diketahui di mana manusia dan anjing dikubur bersama, dan ini adalah salah satu bukti paling awal dari domestikasi anjing. Sekarang tampaknya anjing tidak hanya dijinakkan, mereka mungkin juga dirawat secara intensif.
Penelitian terbaru Janssens yang dipublikasikan pada Journal of Archaeological Science, menunjukkan bahwa anjing tidak sekadar dipelihara, tapi juga dirawat dengan baik. Ia diberi makan dan rasa aman ketika sakit. Janssens yakin, anjing tersebut meninggal setelah mengalami sakit selama 7 atau 8 minggu. Anjing tidak bisa bertahan hidup selama itu tanpa bantuan dari manusia.
“Tanpa perawatan yang cukup dari manusia, anjing dengan penyakit serius akan mati kurang dari tiga minggu,” paparnya.
Baca Juga: Selidik Sains: Mengapa Anjing dan Kucing Gemar Dielus di Kepalanya?
Ia mendapatkan konklusi ini dengan mempelajari sisa-sisa dari gigi anjing. Berdasarkan penemuannya, Janssens menyimpulkan bahwa anjing itu mungkin mengalami infeksi serius dari virus morbili yang juga dikenal dengan canine atau distemper. Ini merupakan penyakit pada hewan yang menyerang saluran pencernaan, pernapasan, dan sistem saraf pusat.
“Anjing tersebut mungkin mengalami dua atau tiga periode penyakit serius yang berlangsung selama enam minggu,” tulis Janssens pada penelitiannya.
Kerusakan yang terjadi pada gigi anjing menunjukkan bahwa hewan tersebut mengalami distemper selama tiga atau empat bulan. Tanpa perawatan dari pemiliknya, anjing tersebut mungkin mati lebih cepat. Namun, nyatanya, umurnya bisa lebih panjang dua kali lipat.
Janssens menambahkan, penemuan makam anjing dan manusia yang dikuburkan bersama ini menggambarkan hubungan unik yang penuh kasih sayang antara hewan peliharaan dan pemiliknya.
Baca Juga: Anjing dapat Menghubungkan Emosi Manusia Melalui Tindakan Selanjutnya
"Tanpa perawatan yang memadai, seekor anjing dengan kasus distemper yang serius akan mati dalam waktu kurang dari tiga minggu," Janssens menjelaskan. Anjing ini jelas sakit parah, tetapi ia bertahan hidup selama delapan minggu, yang hanya mungkin terjadi jika dirawat dengan baik.
"Itu berarti menjaganya tetap hangat dan bersih dan memberinya makanan dan air, meskipun, saat dia sakit, anjing itu tidak akan berguna secara praktis sebagai hewan pekerja," ungkapnya. "Bersama dengan fakta bahwa anjing-anjing dikuburkan dengan orang-orang yang mungkin kita asumsikan sebagai pemiliknya, menunjukkan bahwa ada hubungan perawatan yang unik antara manusia dan anjing selama 14.000 tahun yang lalu."
Baca Juga: Teka-teki Puluhan Tahun terkait Warna Bulu Anjing Akhirnya Terpecahkan
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR