Peneliti asal Cornell University, New York menemukan bahwa pertumbuhan populasi rusa akan selamanya mengganggu perkembangan alami hutan. Hewan ini menghadirkan kekacauan lingkungan di tanah dan mengusik penyimpanan benih alami di tanah.
Dalam laporannya yang dipublikasikan di jurnal PLoS ONE, Anurag Agrawal, ketua tim peneliti menyebutkan, rusa bahkan mencegah tumbuhnya hutan.
Menurut Agrawal, rusa umumnya lebih memilih untuk memakan tanaman berkayu lokal dan menolak spesies invasif. Dari studi, terungkap bahwa saat rusa mengonsumsi tanaman lokal, spesies tanaman pendatang dibiarkan tumbuh dan menyebarkan benihnya di tanah.
Saat hutan beranjak dewasa, rumput-rumput mereka memberi jalan untuk tumbuhnya ilalang, belukar, dan akhirnya pohon baru mulai tumbuh. Namun, penyebaran populasi rusa di kawasan timur laut Amerika Serikat telah menghambat pertumbuhan hutan dan mendongkrak tumbuhnya semak tanaman berduri seperti buckthorn, viburnum, dan semak mawar multiflora.
Jika rusa tak mengganggu hutan, pepohonan seperti kapuk, locust dan sumac bisa tumbuh tanpa hambatan.
Peneliti juga menemukan bahwa dampak penjelajahan rusa pada tanaman juga cukup buruk dan menghasilkan lahan gundul serta berkurangnya kepadatan massa tanaman kayu. Spesies tumbuhan lokal juga menjadi lebih sedikit.
Studi tersebut menyimpulkan, rusa memilih hutan karena pohon yang dimiliki hutan tersebut. Namun bersama itu, mereka juga mengganggu sistem pertumbuhan hutan yang bersangkutan.
"Tampak jelas bahwa rusa membawa pengaruh pada spesies tanaman di atas tanah. Namun efeknya sama seperti puncak gunung es. Dampak yang lebih terjadi di bawah tanah," sebut Antonio DiTommaso, peneliti lain yang terlibat dalam studi tersebut. "Kita tidak melihat bibit-bibit tanaman kayu. Tetapi kita melihat peningkatan bibit tanaman pendatang dan tereliminasinya bibit-bibit tanaman kayu," ucapnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR