Baterai handphone kehabisan daya, dan Anda tak membawa powerbank? Tak perlu bingung.
Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, membuat kursi inovatif yang sekaligus berfungsi untuk mengisi kembali (charge) daya baterai smartphone atau perangkat elektronik lainnya. Kursi inovatif itu dinamai "Lungguh".
Pengisian baterai dengan Lungguh tak memerlukan listrik. Kursi ini akan membuat tubuh Anda seperti sebuah powerbank. Ia mengubah energi dari panas tubuh menjadi energi listrik yang kemudian dipakai untuk mengisi perangkat elektronik.
Apa yang perlu Anda lakukan untuk membuat kursi inovatif itu berfungsi? Cukup duduk di atasnya dan biarkan Lungguh bekerja.
FA Brian Ganda Pratama, mahasiswa Teknik Elektronika UKSW dan salah satu inovator kursi itu, mengatakan, selain sebagai kursi, Lungguh memiliki fungsi bak pembangkit listrik.
"Komponen utama kursi ini adalah TEG (thermal electric generator)," ungkapnya. TEG akan mengubah panas menjadi listrik.
"Prinsip TEG adalah membangkitkan listrik dari perbedaan suhu tubuh dengan suhu lingkungan," kata Brian.
Brian mengungkapkan, suhu tubuh manusia rata-rata adalah 37 derajat Celsius. Sementara itu, suhu lingkungan sekitar 27 derajat Celsius.
Untuk mengoptimalkan Lungguh, Brian menambahkan komponen yang disebut cold reservoir.
"Agar jumlah listrik yang dihasilkan lebih besar," katanya.
Menurut Brian, gagasan membuat Lungguh berawal dari pengalaman pribadi.
"Saya sedang nongkrong di kafe bareng teman-teman, lalu handphone mati, lama. Di situ saya terpikir untuk membuat (Lungguh)," ungkapnya.
Lewat uji coba, selama satu jam, kursi tersebut sudah bisa menghasilkan listrik sebesar 80-500 milivolt, hanya dari panas tubuh manusia.
Jumlah tersebut, menurut Brian, belum besar dan belum bisa dipakai untuk apa pun. Namun, pengembangan akan dilakukan.
"Kita akan riset lagi agar jumlah listriknya lebih besar," ungkap Brian.
Salah satu yang akan diperbaiki adalah permukaan kursi. Plastik pada permukaan kursi akan diganti dengan bahan konduktor.
Brian bersama rekannya yang terlibat dalam inovasi ini, Chintya Rizki Amanda dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UKSW, juga akan melakukan beberapa riset sehingga kursi itu bisa digunakan.
Karya Brian dan Chintya menjadi pemenang dari kompetisi Go Green in the City (GGITC) yang diadakan Schneider Electric. Pengumuman pemenang dilakukan pada Kamis (13/3/2014) di Jakarta.
Kompetisi itu digelar untuk menjaring ide tentang cara yang lebih cerdas dan efisien dalam mengonsumsi energi.
Brian dan Chintya mengalahkan lima finalis lainnya, yang ide-idenya tak kalah bagus. Total, ada 93 proposal yang masuk dalam kompetisi ini.
Dengan keberhasilan di tingkat nasional, Brian dan Chintya akan melombakan karyanya di tingkat Asia Timur di Ho Chi Minh City, Vietnam, pada 4 April 2014.
Brian dan Chintya akan berlomba bersama tim Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Laos, Myanmar, Thailand, dan Taiwan.
Bila menang, karya Brian dan Chintya akan dilombakan di Paris.
Kompetisi GGITC diadakan sejak tahun 2009. Riyanto Mashan, Country President Scneider Electric Indonesia, mengatakan, jumlah proposal meningkat pada tahun ini. Jumlah tahun lalu adalah 60 proposal.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR