Di Kota Solo yang pernah dipimpin Joko Widodo (Jokowi) banyak sekali penjual nasi liwet. Tak mengherankan karena nasi liwet memang ikon kuliner kota ini. Masakan ini konon dulu merupakan menu khas Keraton Surakarta.
Dari sekian banyak penjual nasi liwet, tak berlebihan bila kita menempatkan nasi liwet Yu Sani pada daftar urutan atas yang harus dikunjungi.
Warung ini berada di luar Kota Solo. Tepatnya, di kawasan pertokoan Solo Baru, daerah satelit Kota Solo yang sudah masuk Kabupaten Sukoharjo. Jaraknya sekitar dua kilometer dari pusat Kota Solo. Dari arah Solo, warung tenda Yu Sani berada di kiri jalan setelah bundaran air mancur. Tempat duduk lesehannya bersih dan nyaman.
Keistimewaan Nasi Liwet Yu Sani adalah rasanya yang supergurih, baik nasi maupun sayuran dan daging ayamnya. Gurih tapi tidak enek. Kegurihan nasi liwet Yu Sani dikarenakan "keberanian" menggunakan santan kelapa. Untuk memproses 30 kg nasi, 25 ekor ayam, dan 50 kg labu siam, Yu Sani berani menggunakan 50 butir kelapa.
Itu baru gurih dari santannya, belum rasa gurih dari bumbu lain seperti daun salam, bawang merah, bawang putih, dan sebagainya. Kuah nasi liwet Yu Sani juga tidak berisi gerusan kulit cabai seperti pada umumnya nasi liwet. Ini dikarenakan Yu Sani hanya menggunakan air cabai.
Saat memasak, lombok yang diulek tangan tak ikut dimasukkan sebagai bumbu, melainkan disaring terlebih dahulu. Ini yang membuat rasa kuah sayur jepan (labu siam) Yu Sani lebih lembut meski wamanya kuning kemerah-merahan. Kalau Anda penggemar pedas, silakan ceplus saja lombok kukus yang disediakan di meja.
Selain rasanya lembut, kuah sayur jepan Yu Sani juga gurih karena berasal dari air santan ditambah kaldu ayam kampung. Pekat sekali. Labu siam ini adalah satu-satunya jenis sayuran yang tersaji di nasi liwet. Yu Sani selalu memilih jepan yang segar sebelum diiris kecil-kecil. Untuk 50 kg sayur jepan, Yu Sani menghabiskan 1,5 kg bawang merah dan 1,5 kilogram bawah putih sebagai bumbu. Semuanya ditumbuk dengan cobek besar secara manual, tidak menggunakan blender.
Satu porsi nasi liwet terdiri atas nasi gurih, sayur jepan, tempe bacem, tahu bacem, telur pindang, kuning telur kukus, dan suwiran daging ayam. Isinya cukup lengkap. Tak lupa pula areh atau klumud, endapan santan yang dicampur putih telur yang kemudian dikukus setelah ditambah garam.
Jika daging ayam masih kurang, Anda bisa minta tambah. Pilihannya mulai dari dada, paha, brutu, kepala, atau ampela. Daging ayamnya dijamin empuk dan gurih. Padahal ayamnya jenis ayam kampung yang terkenal alot. "Kami memilih ayam yang masih muda, belum bertelur," kata Yu Sani.
Selain ayamnya masih muda, cara memasaknya pun ikut menentukan keempukan daging. Yu Sani merebus ayam selama lima jam dari pukul 09.00 - 14.00 WIB. Ayam-ayam pilihan itu direbus dengan bumbu lengkuas, daun salam, jahe, kunyit, dan sebagainya. Setelah empuk, diangkat. Sisa air rebusan daging ayam yang sudah berbumbu itu digunakan sebagai kuah sayur jepan dengan ditambah air santan
Yu Sani menghabiskan waktu hingga sembilan jam untuk menyelesaikan pekerjaannya membuat nasi liwet. Yang paling lama adalah proses memasak ayam. Berbeda dengan nasi udukyangjuga gurih, nasi liwet jauh lebih gurih. Selain diberi santan hingga terlihat berminyak, nasi gurih ini ditanak dengan diberi bawang merah dan putih yang diiris kecil-kecil. Semua proses memasak itu dilakukan dengan kayu bakar.
Nasi gurih itu ditempatkan di panci yang dilapisi daun pisang. Bukan daun pisang segar melainkan yang sudah layu oleh panasnya uap air. Baunya khas karena bekas dipakai mengukus telur dan lombok. Nasi liwet ini disajikan di atas daun pisang yang dibuat pincuk. Karena belakangan daun pisang susah didapat, Yu Sani menyiasati dengan memakai piring tetapi tetap dilapisi daun pisang.
"Kalau minta pincuk, ya dikasih pincuk," katanya.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR