Pengelolaan desa wisata yang inovatif akan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisata baik mancanegara maupun lokal. "Untuk itu, keberadaaan desa wisata di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang jumlahnya cukup banyak harus dikelola secara inovatif," kata Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta, Widi Utaminingsih di Yogyakarta, Rabu (19/3).
Menurut Widi, pengelola desa wisata harus memiliki pemikiran yang cerdas untuk menemukan program kegiatan yang inovatif sehingga mampu menarik minat kunjungan.
DIY memiliki keanekaragaman seni budaya. Untuk bisa menjadi desa wisata yang memiliki nilai jual kepada wisatawan harus ada inovasi potensi yang dimiliki dengan memadukan keduanya.
"Dengan demikian, diharapkan dengan potensi wisata dan budaya lokal yang disajikan secara inovatif maka wisatawan yang menginap di desa itu akan betah dan merasa nyaman," katanya.
Widi mengatakan, desa wisata secara perlahan diharapkan mampu menjadi penggerak ekonomi lokal.
"Desa wisata dengan konsep pariwisata berbasis masyarakat diyakini membawa manfaat besar bagi masyarakat setempat. Maju mundurnya desa wisata tergantung pengelola dan sumber daya manusia (SDM) masyarakat lokal," katanya.
Saat ini tercatat 65 desa wisata di DIY dan dari jumlah itu perkembangan masing-masing desa wisata tersebut tidak sama, bahkan ada yang mati suri.
"Namun demikian, masih banyak juga desa wisata inovatif yang keberadaannya berkembang baik di antaranya Desa Wisata Kembangarum, Turi Kabupaten Sleman, dan Desa Wisata Kebonagung di Kabupaten Bantul," kata Widi.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR