Setelah penantian selama 17 hari para keluarga dan kerabat 239 penumpang di atas pesawat Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370, menerima kabar yang mereka takuti: kepastian pesawat itu jatuh.
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan PM Malaysia, Senin (24/3), kini tanpa ada keraguan lagi pesawat hilang telah jatuh di tengah perairan Hindia, sebelah barat Perth, tidak ada yang selamat.
"We must now accept all evidence suggests the plane went down in the Southern Indian Ocean," demikian bunyi pernyataan resmi itu.
Namun masih ada keganjilan besar yang belum terjawab: mengapa MH370 terbang ribuan mil jauhnya?
Sungguh, ini bukan berarti cerita selesai: ini merupakan sebuah permulaan.
Motif bunuh diri?
Media Inggris The Telegraph, Selasa (25/3), mewartakan bahwa MH370 jatuh di Samudera Hindia akibat misi bunuh diri. Ini dilansir The Telegraph mengutip sumber yang terlibat dalam penyelidikan MH370 dan disebut sebagai sumber "sangat terpercaya."
Diimbuhkan, tak ada motif selain misi bunuh diri. Tim yang menginvestigasi hilangnya pesawat ini meyakini tidak ada malfungsi (kerusakan) atau kebakaran.
Jadi, sukar dipahami penyebab penerbangan tidak lazim pesawat tersebut (matinya sistem komunikasi), sebelum pesawat lalu membelok dari jalurnya ke penerbangan sunyi senyap selama tujuh jam di atas samudera, lapor The Telegraph.
Lanjut mencari
Pesawat militer dan sipilr—dari berbagai negara dan PBB—masih terus menyisir laut, bersama kapal-kapal yang kini bergerak menuju zona pencarian terfokus di pesisir barat Australia.
Pihak US Navy juga memindahkan alat pelacak kotak hitam —yang disebut Towed Pinger Locator— ke area tersebut. Kotak hitam dapat terus mengirim sinyal (pinging) setidak-tidaknya selama 30 hari saat terjadi tabrakan, walaupun ini juga bergantung dari daya baterainya.
Komandan Chris Budde mengatakan, "Jika lokasi kecelakaan sudah didapat, kita bisa mendengar 'ping' dari kotak hitam, hingga kedalaman 20.000 kaki. Sebab pada dasarnya, alat ini berupa hydrophone super sensitif yang fungsinya mensinyalir 'ping' kotak hitam."
Dua pertiga dari penumpang yang ada di pesawat merupakan warga Cina. Dan pemerintah mereka kelihatannya sama sekali tidak berkeinginan untuk menyerah.
Pengamatan satelit Cina sempat menemukan tiga objek mengapung berukuran besar yang diduga puing-puing pesawat pada koordinat 105,63 BT/6,7 LU.
"Kami masih berkejaran dengan waktu," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hong Lei. Ia mengungkapkan, selama masih ada secercah harapan, upaya pencarian akan berlanjut.
Sementara itu, The Guardian menulis, "Dengan tekanan dari AS dan Cina untuk memungkinkan keterlibatan langsung otoritas asing lebih banyak, sampai sejauh ini Pemerintah Malaysia sangat sengit membela yurisdiksinya. Berasumsi bahwa kini puing-puing ditemukan di wilayah perairan internasional, Malaysia pasti ingin mengawasi setiap permintaan resmi dan laporan final apa yang terjadi, dan mengapa pesawat itu jatuh."
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR