Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama Kementerian Kesehatan mencanangkan upaya pencegahan dan pengendalian nyamuk vektor untuk Hari Kesehatan Sedunia 7 April 2014. Hal itu untuk mengurangi kasus penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk.
Manajer Program Penyakit Tropis WHO Indonesia Anand Joshi menyatakan, nyamuk merupakan ancaman bagi populasi 1,5 miliar manusia di kawasan Asia Tenggara.
Lima penyakit tular vektor (vector-borne diseases) yang disebabkan nyamuk membunuh ribuan orang setiap tahun. Vektor adalah organisme yang menyebarkan penyakit kepada manusia.
Penyakit yang disebarkan nyamuk adalah demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti, malaria ditularkan Anopheles sp, filariasis atau kaki gajah ditularkan Culex sp/ Anopheles sp/ Mansonia sp/ Armigeres sp, japanese encephalitis ditularkan Culex tritaeniorhynchus, dan chikungunya ditularkan Aedes aegypti.
"DBD, misalnya, dulu hanya ditemukan di perkotaan, sekarang ditemukan penderita dari pedesaan. Filariasis telah menginfeksi 60 juta orang. Sementara itu, 75 persen populasi (sekitar 1,1 miliar) tinggal di area rentan malaria," ujar Joshi di Jakarta, Senin (7/4).
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M ditambah pemberantasan perindukan nyamuk, dan perlindungan diri menggunakan kelambu berinsektisida serta losion anti nyamuk menjadi tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit tular vektor.
Tiga penyakit menjadi fokus perhatian di Indonesia, yaitu DBD, malaria, dan filariasis. Berdasarkan data Kemenkes, penderita DBD (2013) 45,85 orang per 100.000 penduduk dengan tingkat kematian 0,77 persen. Kasus malaria (2013) 1,38 orang per 1.000 penduduk. Dan ada 302 kabupaten/kota endemis filariasis dari 497 kabupaten/kota.
"Saat ini dilakukan uji klinis vaksin DBD tahap III di Jakarta, Bandung, dan Denpasar. Ditargetkan, vaksin bisa digunakan pada 2016. Selain itu juga dilakukan pelbagai upaya mencegah penyebaran malaria serta penanganan filariasis dengan menambah penerima obat massal pencegahan," ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR