Bank Dunia memperkirakan sekitar 2,5 miliar penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap jamban dan 1 miliar penduduk diantaranya melakukan buang air besar sembarangan (BABS) di sungai dan ladang.
"Tentu ini menyebarkan virus dan kuman dari tinja melalui makanan, air, dan pakaian," dikutip dari release Bank Dunia, Washington, Jumat (11/4).
Menurut Jim Yong Kim, Presiden Kelompok Bank Dunia, buruknya sanitasi menyebabkan jutaan kematian terutama kepada anak-anak miskin di seluruh penjuru dunia. Oleh karenanya, Kim mengajak para pemimpin dunia menyediakan akses layanan sanitasi dasar untuk masyarakat, sebagai salah satu cara memerangi kemiskinan.
"Kita berada di sini hari ini untuk mencegah jutaan kematian yang tidak perlu—yang kebanyakan menimpa anak-anak miskin—yang diakibatkan oleh buruknya sanitasi," ujarnya.
Untuk mencegah jutaan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk, Bank dunia akan mengerahkan segala sumberdaya yang dimilikinya untuk melakukan perbaikan sanitasi diseluruh dunia.
Kim menegaskan bahwa PBB dan Kelompok Bank Dunia akan menggabungkan kekuatan mereka dan berkolaborasi dengan organisasi seperti WaterAid, Toilet Hackers, Global Poverty Project, dan ONE DROP.
Selain itu, dia menambahkan bahwa Kelompok Bank Dunia akan memperluas jaringan kerjasama dengan para pemangku kepentingan, termasuk dengan tokoh dan pimpinan dari sektor swasta, yang berminat memahami peran mereka dalam peningkatan layanan.
Selama tujuh tahun terakhir, Kelompok Bank Dunia telah menyalurkan lebih dari 3 miliar dolar per tahun untuk layanan air bersih dan sanitasi. Dengan dana sebesar itu, Bank dunia merupakan lembaga penyandang dana multilateral terbesar untuk air dan sanitasi.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR