Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Tri Handoyo mengakui, banyak permasalahan yang terjadi dalam layanan kereta rel listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek.
Permasalahan tersebut, kata dia, meliputi seringnya gangguan sinyal dan jarak kedatangan antar-kereta di stasiun (headway) yang kurang cepat.
Tri menjelaskan, dua hal itu terjadi karena alat persinyalan sudah tua, dan masih bercampurnya jalur KRL dengan jalur kereta jarak jauh, baik kereta penumpang maupun kereta barang.
"Problem di KRL sangat kompleks, umur alat persinyalannya sudah lama. Track yang dipakai juga bersama," kata Tri, di Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (17/4).
Menurut Tri, pergantian alat sudah seharusnya dilakukan. Namun, kata dia, pergantian alat persinyalan membutuhkan biaya besar.
Ia menjelaskan, alat persinyalan untuk jalur Jakarta-Bogor sebenarnya sudah harus diganti, mengingat jalur tersebut paling sering mengalami gangguan persinyalan.
"Alat sinyalnya sudah tua, geledek sedikit langsung mati. Jadi memang perlu pergantian. Cuma, butuh pendanaan besar. Jadi, kita akan melakukannya secara pelan-pelan," ujarnya.
Tri menambahkan, tidak seharusnya pengoperasian kereta perkotaan seperti KRL bercampur dengan jalur yang digunakan kereta jarak jauh.
Pengoperasian kereta perkotaan membutuhkan pengaturan yang berbeda dari kereta jarak jauh. Selain itu, jarak tempuh kereta perkotaan lebih singkat, tetapi membutuhkan kereta yang harus melintas sesering mungkin.
"Di seluruh dunia, track kereta komuter itu untuk dirinya sendiri. Kenapa? Itu karena waktunya yang sangat pendek. Jadi, pengaturannya sangat rinci. Tidak boleh terganggu dengan kereta lain. Jadi, ada ketepatan. Tapi yang seperti itu sulit dicapai apabila track masih dipakai bersama (kereta jarak jauh)," ujarnya.
Karena itu, Tri menyambut baik rencana pembangunan jalur ganda (double track) Manggarai-Bekasi. Menurut dia, langkah tersebut sangat tepat karena selama ini layanan KRL rute Jakarta-Bekasi sering terganggu akibat penggunaan jalur yang bergantian dengan kereta-kereta jarak jauh yang hendak menuju wilayah lain di Jawa Barat, serta Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Double track itu konsepnya sudah lama, dan itu akan dibangun pemerintah. Jadi, kereta antar-kota punya track sendiri, KRL punya track sendiri. Jadi, tidak saling ganggu," ujarnya.
Beradaptasi dengan Zaman, Tokoh Pemuda Wewo Sadar Kebutuhan Energi Ramah Lingkungan
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR