Eksperimen dengan tungku laboratorium menunjukkan bahwa tembikar yang menggelegak dan batu bata lumpur di Tall el-Hammam mencair pada suhu di atas 1.500 derajat Celsius. Itu cukup panas untuk melelehkan mobil dalam beberapa menit.
Lapisan kehancuran kota itu juga mengandung bola-bola kecil dari material yang meleleh yang lebih kecil dari partikel debu di udara. Disebut spherule, bola-bola kecil ini terbuat dari besi dan pasir yang teruapkan yang meleleh pada suhu sekitar 1.590 derajat Celsius.
Bersama-sama, semua bukti ini menunjukkan bahwa suhu di kota naik lebih tinggi daripada gunung berapi, peperangan, dan kebakaran kota biasa. Satu-satunya proses alami yang tersisa adalah dampak kosmik. Bukti-bukti kehancuran seperti itu juga ditemukan di lokasi tumbukan asteroid yang diketahui, seperti di Tunguska dan kawah Chicxulub.
Baca Juga: Tiongkok Akan Luncurkan Roket untuk Selamatkan Bumi dari 'Armageddon'
Apakah ada saksi mata yang selamat dari ledakan itu? "Ada kemungkinan bahwa deskripsi lisan tentang kehancuran kota itu mungkin telah diturunkan dari generasi ke generasi hingga tercatat sebagai kisah Sodom dalam Alkitab. Alkitab menggambarkan kehancuran pusat kota dekat Laut Mati –batu dan api jatuh dari langit, lebih dari satu kota hancur, asap tebal membubung dari api dan penduduk kota terbunuh," tulis Moore.
Mungkinkah ini catatan saksi mata kuno? Jika demikian, kehancuran Tall el-Hammam mungkin merupakan kehancuran tertua kedua permukiman manusia oleh peristiwa dampak kosmik, setelah desa Abu Hureyra di Suriah sekitar 12.800 tahun yang lalu.
Hal yang menakutkan adalah, hampir pasti ini bukan kali terakhir kota manusia mengalami nasib ini. Pada September 2021, ada lebih dari 26.000 asteroid di dekat Bumi yang diketahui. "Salah satunya pasti akan menabrak Bumi. Jutaan lainnya tetap tidak terdeteksi, dan beberapa mungkin menuju ke Bumi sekarang," kata Moore mewanti-wanti.
Source | : | the conversation |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR