Gorontalo punya beberapa obyek wisata laut yang terkenal, seperti Pulau Saronde, Kampung Laut Suku Bajo di Torosiaje, dan Taman Laut Olele. Ada satu lagi obyek wisata laut yang tak kalah menawan yang ada di Desa Biluhu Timur, Kecamatan Batuda’a Pantai, Kabupaten Gorontalo. Letaknya terpencil, tetapi punya keindahan yang memesona.
Sama halnya dengan obyek wisata laut lainnya di Gorontalo, Biluhu menawarkan pantai dan keindahan dalam laut. Uniknya, pantai yang masih merupakan bagian dari Teluk Tomini ini punya tebing setinggi sekitar 100 meter. Tebing tersebut berdiri sekitar 200 meter dari bibir pantai. Keindahan pantai semakin lengkap dengan ratusan tegakan pohon kelapa yang berdiri di hamparan pasir putih.
Pantai Biluhu boleh dibilang jauh dari keramaian. Dari pusat Kota Gorontalo, pantai ini berjarak sekitar 20 kilometer atau ditempuh dengan mobil sekitar 60 menit. Namun, perjalanan ke Biluhu harus menempuh tanjakan berliku dan sesekali jalanan yang berlubang.
Ada tiga jalur menuju Biluhu. Pertama, menggunakan mobil atau sepeda motor melalui Desa Bongo di Kecamatan Batuda’a Pantai. Pilihan kedua adalah melalui Desa Barakati yang juga masih di Kecamatan Batuda’a Pantai. Kondisi jalan yang melalui Desa Bongo rusak, beberapa titik aspal mengelupas dan berlubang. Pengunjung disarankan melalui jalur di Desa Barakati yang kondisinya lebih baik.
Terakhir, melalui jalur laut menggunakan perahu ketinting atau menggunakan speed boat. Harga sewa perahu ketinting kapasitas 5-7 orang berkisar Rp 200.000-Rp 300.000 dengan lokasi pemberangkatan dari Desa Bongo. Perjalanan menggunakan perahu ketinting membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Jika menggunakan speed boat dengan kapasitas 15 orang, sewanya sekitar Rp 1 juta. Perjalanan menggunakan speed boat hanya 20 menit dari Pelabuhan Tamalate di Kota Gorontalo.
Obyek wisata Pantai Biluhu sangat tepat untuk menghabiskan libur akhir pekan. Letaknya yang jauh dari keramaian dan memiliki suasana asri cocok untuk orang-orang yang ingin menenangkan diri dan menghilangkan penat dari pekerjaan rutin sehari-hari. Apalagi, tersedia penginapan dengan harga Rp 150.000 per malam.
Suasana alam terbuka sangat terasa di Pantai Biluhu. Rimbun pepohonan semakin lengkap dengan riuh rendah suara kicauan aneka burung. Sesekali terdengar jeritan monyet jenis Macaca fascicularis yang bergelantungan di pepohonan. Selain itu, langit di Pantai Biluhu turut diramaikan segerombolan burung gagak dan elang laut yang sesekali melintas.
Ombak di Pantai Biluhu yang relatif tenang sangat menggoda siapa pun untuk mandi di lautnya. Saat sore hari, suasana semakin menawan oleh pantulan cahaya matahari yang menyentuh permukaan air laut. Sekadar berbaring dan bermain di pantainya yang berpasir putih sembari membiarkan kaki dijilati ombak pun tak kalah menyenangkan.
Masih ada lagi pesona lain di Pantai Biluhu, yaitu ada di bawah permukaan lautnya. Terumbu karang aneka warna dan bentuk sangat menggoda bagi mereka penggemar snorkeling atau diving (menyelam). Pada bulan-bulan tertentu, di mana gelombang di Teluk Tomini tak terlalu tinggi, snorkeling atau diving di Biluhu sangat mengasyikkan.
”Menyelam di Biluhu bisa menjadi alternatif lokasi selain di Taman Laut Olele yang namanya sudah lebih dulu populer. Terumbu karang di Biluhu masih relatif terjaga dan tak kalah indah dengan yang di Olele,” ujar Debby Mano (30), salah satu karyawan BUMN di Gorontalo, yang sudah empat kali menyelam di Biluhu.
Kesan serupa diutarakan Ratnawati (26), karyawan swasta di Gorontalo, yang memiliki hobi snorkeling. Dia mengatakan, menikmati pemandangan terumbu karang di Biluhu menyenangkan karena ombaknya relatif tenang. Apalagi, terumbu karang di Biluhu terbilang dangkal sehingga tak perlu menyelam jauh ke bawah laut seperti di Olele.
”Hanya saja, terik matahari di Biluhu cukup menyengat di siang hari. Harus memakai tabir surya agar tak gosong,” kata Ratnawati.
Perbaikan infrastruktur
Meski berpotensi menjadi obyek wisata unggulan di Gorontalo, perlu banyak perbaikan untuk membuat nama Biluhu tenar atau sejajar dengan Taman Laut Olele. Pantai yang masih dikotori sampah pengunjung, seperti selama ini terjadi, bisa mengganggu kenyamanan suasana di sana. Selain itu, kondisi jalan menuju Biluhu juga perlu diperbagus karena saat ini banyak ditemui jalan aspal yang berlubang.
Jika infrastruktur jalan menuju Biluhu diperbagus dan kebersihan dijaga, obyek wisata tersebut bisa menjadi unggulan di Gorontalo menyusul Pulau Saronde, Taman Laut Olele, atau Kampung Laut Suku Bajo di Torosiaje, yang lebih dahulu populer.
Menurut praktisi wisata dari Gorontalo, Toti Lamusu, obyek wisata alam liar tidak harus dipenuhi dengan segala hal yang berbau modern. Adakalanya wisatawan lebih menyukai suasana alam yang asli. Keaslian atau kealamian sebuah obyek wisata justru menjadi daya tarik tersendiri untuk menggaet pengunjung
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR