Kasus kematian satwa di kebun Binatang Surabaya (KBS) menimbulkan keprihatinan luas. Bahkan, kini tiga pakar satwa asal Amerika Serikat berkunjung untuk membantu perbaikan kondisi di KBS. Setelah meneliti, mereka mengusulkan adanya pemugaran kandang dan perbaikan makanan satwa KBS.
Pemerintah Kota Surabaya menerima kedatangan 3 orang pakar satwa asal Amerika Serikat, yang akan berada di Surabaya selama tiga pekan untuk melakukan penelitian di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Mereka adalah Dr. Julia Grafin Maltzen, Dave Morgan, dan Profesor G. Agoramoorthy, yang mengawali kunjungannya di dengan bertemu Walikota Surabaya Tri Rismaharini di Balai Kota Surabaya, Jumat (2/5).
Para pakar satwa ini melakukan observasi serta berbagai penelitian terkait satwa yang ada di Kebun Binatang Surabaya, yang dalam 2 tahun terakhir terus menjadi perhatian masyarakat lokal maupun internasional. Hal penting yang menjadi perhatian para pakar satwa ini adalah mengenai perlunya pemugaran kandang dan penambahan jenis makanan bagi hewan, yang merupakan beberapa syarat kesejahteraan satwa.
“Hasil observasi para pakar satwa dari Amerika Serikat itu yang paling mendesak memang masalah kandang dan makanan. Itu perlu dipugar dan di tambah jenis makanannya,” kata Tri Rismaharini, Walikota Surabaya.
Risma mengatakan bahwa perbaikan kandang secara menyeluruh di Kebun Binatang Surabaya masih sulit dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya, karena masih terkendala persoalan ijin konservasi dari Kementerian Kehutanan yang belum turun. Namun Risma berterima kasih atas banyaknya bantuan maupun tawaran kerja sama dari berbagai pihak untuk perbaikan kualitas Kebun Binatang Surabaya.
“Bantuan para pakar satwa dunia ini sangat membantu untuk melakukan perbaikan kualitas KBS. Saya berharap setelah saya menerima laporan ini akan segera melakukan perbaikan. Kita semua memang menginginkan perbaikan KBS segera selesai,” ujar Risma yang mencita-citakan kejayaan Kebun Binatang Surabaya seperti masa lampau dapat terwujud.
Tri Rismaharini mengutarakan, Kebun Binatang Surabaya masih menjadi daya tarik wisata maupun tempat belajar mengenai konservasi sehingga perlu mendapat dukungan dari semua pihak.
“Kita sudah melakukan perbaikan yang bisa dilakukan sambil menunggu ijin dari pusat. Kalau untuk penambahan jenis makanan bagi hewan, itu bisa dilakukan terlebih dahulu,” ucap Risma kepada Mongabay-Indonesia.
Salah satu pakar satwa Amerika Serikat yang hadir yakni Profesor G. Agoramoorthy mengatakan, permasalahan yang terjadi di Kebun Binatang Surabaya juga dialami oleh kebun binatang lain di dunia. Justru Agoramoorthy menilai kondisi Kebun Binatang Surabaya masih cukup baik, yang kebanyakan dengan keberadaan satwa di kandang yang memungkinkan satwa bergerak bebas.
“Untuk melakukan perbaikan memang diperlukan SDM yang mumpuni. Kita siap memberikan pelatihan kepada para pekerja di KBS,” tukas Agoramoorthy.
Agoramoorthy menekankan bahwa untuk penanganan satwa di seluruh dunia, tidak semuanya dilakukan dengan baik, bahkan ada yang sangat tidak baik. “Hampir di seluruh dunia ada masalah, ada yang menangani secara bagus, dan ada yang menangani dengan tidak bagus,” tutur Agoramoorthy yang menjabat di South East Asian Zoos and Aquaria (SEAZA).
Tri Rismaharini menegaskan komitmennya untuk mempertahankan Kebun Binatang Surabaya sebagai lembaga konservasi yang mengedepankan kesejahteraan satwa atau animal welfare.
KOMENTAR