Para peneliti dari Fakultas Ekonomi Universitas Airlanga menulis, pertema adanya kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok atau inklusi. Kedua, adanya afeksi atau apresiasi dan perhatian pada anggota lain. Terakhir, kebutuhan untuk mengerahkan kekuatan dalam lingkungan sosial.
"Jadi ketika kita menggunakan media sosial dan saling terhubung dengan pengguna lain, kemudian kita memberikan apresiasi atau merespons suatu konten online, dan menimbulkan motivasi personal, maka itu akan mendorong kita untuk membagikan konten tersebut kepada orang lain," Yessy Artanti dan Sri Hartini, penulis penelitian menyimpulkan.
Viralnya suatu konten rupanya memiliki pola yang sangat mirip dengan penyebaran virus yang sebenarnya. Penelitian ini diungkap dalam jurnal Proceedings of the Royal Society A, Rabu (22/09/2021) berjudul Modelling song popularity as a contagious process.
Para peneliti mengumpulkan data terkait lagu-lagu viral, sejak musik streaming ramai digunakan seperti pengunduhan lewat ponsel lawas. Data itu mencakup pengunduhan lagu di ponsel Nokia antara tahun 2007 hingga 2014.
Baca Juga: Apa Itu Musik Dansa Disko, Bagaimana Asal Mula Terbentuknya?
"Lagu-lagu populer sering digambarkan sebagai 'viral' atau 'menarik' seolah-olah bisa 'menular' pada prang; mungkin deskripsi ini lebih tepat daripada yang telah diketahui sebelumnya," tulis para peneliti yang dipimpin Dora P. Rosati dari McMaster Institute for Music and the Mind, Kanada.
"Faktanya, rangkaian waktu unduhan untuk banyak lagu populer yang kami kaji dalam penelitian ini memiliki bentuk yang mirip dengan rangkaian waktu untuk penyakit menular."
Lagu ternyata benar-benar 'menular', mereka melompat dari satu pengguna ke pengguna lain dengan cara yang mirip dengan patogen virus. Lagu menular seperti model susceptible-infectious-recovered (SIR), dan membentuk kurva seperti epidemi yang dapat membantu menjelaskan mekanisme sosial tentang penyebaran penyakit dan lagu, terang para peneliti.
Jika dijabarkan, model SIR berarti ada beberapa orang yang rentan terhadap virus dan lagu viral. Kemudian, apa bila ada lagu viral 'ditularkan' dalam populasi, mereka yang langsung terpapar bisa menjadi 'terinfeksi'. Kemudian dalam suatu waktu, mereka 'sembuh' (recovered) dari lagu tersebut.
"Seseorang telah 'sembuh' dari sebuah lagu ketika mereka tidak lagi aktif mendengarkan lagu tersebut dan menyebakarnannya kepada orang lain," terang para peneliti.
Baca Juga: Borobudur, Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa dalam Ekspresi Bermusik
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Science Alert,The Royal Society Publishing |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR