Pejabat Kepresidenan AS diketahui berang dengan langkah Norwegia yang menganugerahi Presiden Barack Obama dengan penghargaan Nobel Perdamaian pada 2009.
Para pejabat Gedung Putih menyatakan, Norwegia berusaha "menjilat" dengan memberikan Nobel Perdamaian kepada Barack Obama. Padahal, saat itu, Obama belum banyak mengeluarkan kebijakan terkait dengan politik luar negeri AS dan perdamaian.
Hal itu diungkapkan oleh mantan Duta Besar Norwegia untuk PBB Morten Wetland yang bertugas pada periode 2008-2012.
"Salah satu hari yang memalukan saya saat menjadi Duta Besar Norwegia di PBB adalah ketika pengumuman Nobel Perdamaian, di mana pemenangnya adalah Obama. Setelah pengumuman itu, ternyata tak ada seorang pun yang mau membahasnya," ujar Morten sebagaimana dikutip dari AFP, Kamis (15/5).
"Kolega saya yang di Washington mendapatkan teguran dari kepala staf kepresidenan (yang saat itu dijabat Rahm Emmanuel). Dia menggunakan kata 'menjilat' untuk menggambarkan bagaimana Nobel itu diberikan," lanjut Wetland.
Wetland mengungkapkan, penghargaan itu diberikan hanya beberapa pekan setelah Obama menduduki kursi kepresidenan.
"Presiden AS saat itu ingin merancang agendanya sendiri, sedangkan Norwegia—dengan Nobel itu—ingin memaksa Obama melakukan kebijakan yang tidak dia pahami. Dengan penghargaan tersebut, seolah-olah kami ingin memaksa Obama mengunjungi Norwegia," ujar Wetland.
Sebelumnya, penghargaan Nobel Perdamaian secara mengejutkan diterima oleh Presiden AS keturunan Afrika pertama tersebut pada 9 Oktober 2009.
Penghargaan itu diberikan dengan pertimbangan bahwa Obama telah melakukan upaya memperkuat diplomasi internasional dan kerja sama antarnegara dan masyarakat. Padahal, saat itu, AS tengah terlibat dua konflik besar, yaitu di Irak dan Afganistan.
Sementara itu, Duta Besar Norwegia untuk AS saat itu, Wegger Stroemmen, belum bisa dikonfirmasi terkait dengan pemberian Nobel Perdamaian untuk Obama ini.
Kisah Wetland ini dipublikasikan di tengah menghangatnya debat mengenai independensi juri Nobel, di mana lima juri yang menentukan nominasi pemenang berasal dari pihak independen, tetapi disahkan oleh parlemen Norwegia.
Banyak pihak beranggapan bahwa nomine yang dipilih oleh Komite Nobel adalah mereka yang merepresentasikan kebijakan luar negeri Norwegia.
Sejumlah pihak, yang salah satunya adalah Wetland, mendesak agar anggota Komite Nobel diperluas dengan memasukkan juri dari negara lain untuk menjaga independensi penilaian.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR