Merayakan kelulusan biasanya dilakukan dengan aksi corat-coret serta konvoi kendaraan bermotor. Namun hal itu tidak berlaku bagi siswa-siswi SMA Al-Muslim Sidoarjo. Mereka memilih cara merayakan kelulusan yang lebih bermanfaat.
Belasan pelajar sekolah berbasis lingkungan ini merayakan kelulusan dengan melakukan aksi menanami Taman Bungkul dan sekitarnya.
Usai menerima amplop berisi surat pemberitahuan kelulusan dari sekolah, para pelajar SMA ini melakukan sujud syukur, dan melakukan aksi tanam pohon untuk membantu Pemerintah Kota Surabaya memperbaiki taman yang rusak. Taman Bungkul serta taman-taman di pulau jalan dan sekitar raya Darmo, rusak parah pada 11 Mei lalu, akibat adanya kegiatan bagi-bagi es krim gratis oleh salah satu perusahaan es krim.
Dikatakan oleh Kanza Pavira Mamoko, salah seorang siswa yang lulus, kegiatan menanam pohon dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur yang positif, daripada harus merayakan dengan aksi corat-coret baju atau tembok, serta konvoi kendaraan bermotor yang mencemari udara.
“Untuk mewujudkan rasa syukur, kita melakukan tanam pohon ini, untuk memperbaiki taman Bungkul yang sudah rusak kemarin. Nah dari pada kita mencorat-coret baju, terus konvoi-konvoi yang gak jelas kegunaannya kayak gitu,” ungkap Kanza, Selasa (21/5).
Dipilihnya aksi ini karena sudah menjadi kebiasaan di sekolah yang memasukkan kurikulum berbasis lingkungan.
“Sekolah kami memang berkarakter atau berwawasan lingkungan, dari awal sudah diajarkan di sekolah, mengenai green education. Bagaimana agar siswa itu tidak buang sampah sembarangan, verticulture, dan pendidikan lingkungan lainnya juga dimasukkan,” tutur Kanza.
Sekolah Al-Muslim Sidoarjo menerapkan sekolah berbasis lingkungan, yang mengajarkan pengetahuan serta praktek untuk mencintai lingkungan. Beberapa kegiatan seperti menanam atau berkebun telah diajarkan sejak siswa tingkat Sekolah Dasar (SD).
Wakil Kepala SMA Al-Muslim Sidoarjo, Mahmudah Herawati mengatakan, aksi tanam pohon merupakan bentuk apresiasi terhadap upaya pelestarian lingkungan, yang harus menjadi kebiasaan positif generasi muda saat ini.
“Ini untuk mengapresiasi siswa dalam bentuk kegiatan positif dengan menanam, termasuk ikut merawat taman Bungkul yang kemarin sempat rusak itu. Jadi dengan adanya kelulusan ini, corat-coret itu kan fenomena yang harus dibuang jauh-jauh sehingga kita apresiasi untuk merawat tanaman,” kata Mahmudah Herawati.
Taman Bungkul merupakan taman kebanggaan warga kota Surabaya, yang mendapat penghargaan The 2013 Asian Townscape Award (ATA) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akibat kerusakan pada 11 Mei lalu, Pemerintah Kota Surabaya sedang berupaya mengembalikan seperti kondisi semula, dengan melakukan penanaman kembali taman dan pohon yang dirusak.
Mahmudah Herawati menambahkan, dipilihnya Taman Bungkul sebagai tempat aksi tanam pohon, merupakan upaya membantu pelestarian lingkungan dari ancaman kerusakan. Selain itu langkah ini dilakukan untuk menamankan kebiasaan kepada generasi muda, agar ikut peduli dan memelihara kelestarian lingkungan meski untuk hal yang terkecil.
“Ini kebetulan momennya setelah Taman Bungkul rusak hingga pemandangannya tidak bagus. Ya akhirnya kami langsung disini saja, karena Taman Bungkul kan bukan milik Surabaya saja, tapi milik seluruh Jawa Timur. Jadi kita ingin masyarakat ikut melestarikan lingkungan,” lanjutnya.
Kanza Pavira Mamoko menambahkan, tidak hanya taman Bungkul, upaya pelestarian alam harus juga dilakukan di mana pun, agar lingkungan bersahabat dengan manusia.
“Kita mau membantu ibu Walikota Surabaya yang tamannya rusak. Taman Bungkul ini sekarang sudah jadi kebanggaan Jawa Timur, sudah seharusnya masyarakat peduli dan ikut menjaganya. Seharusnya acara seperti bagi-bagi es krim tidak sampai menginjak-injak taman sehingga merusak, seringkali masyarakat tidak peduli,” tandas Kanza.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR