Nationalgeographic.co.id-Kelelawar Vampir adalah adalah hewan yang cukup unik namu cukup menakutkan juga. Hewan ini hanya terdiri dari 3 spesies di antara lebih dari 1.300 spesies yang ada di dunia. Ketiga spesies ini, antara lain kelelawar vampir biasa (Desmodus rotundus), kelelawar vampir kaki berbulu (Diphylla ecaudata), dan kelelawar vampir sayap putih (Diaemus youngi).
Meskipun disebut sebagai vampir, spesies kelelawar peminum darah ini tidak mengonsumsi darah dengan menggigit, melainkan dia akan menjilat darah mangsanya setelah menyayat bagian tubuh dekat arteri dari mangsa itu.
Kelelawar vampir memang haus darah, tetapi bukan berarti mereka tidak bisa minum bersama kelelawar-kelelawar lain disekitarnya. Dia cenderung hanya akan mengonsumsi darah dengan individu terdekatnya saja.
Perkelahian bisa terjadi di antara kelelawar karena luka terbuka setelah menyayat hewan yang sedang lengah dan tidak berhati-hati. Akan tetapi, kelelawar dalam satu komunitasnya (anak dan ibu atau teman-temannya) sering bekerja sama untuk meminum darah jauh dari sarang mereka, para peneliti melaporkan 23 September di PLOS Biology.
Kelelawar vampir (Desmodus rotundus) dapat membentuk ikatan sosial jangka panjang satu sama lain melalui grooming (proses merawat satu sama lain), berbagi makanan darah yang dimuntahkan, dan umumnya nongkrong bersama di tempat bertengger. Akan tetapi, apakah persahabatan yang terjadi antara kerabat dan bukan kerabat, meluas ke perburuan malam kelelawar? Peneliti belum menemukan kejelasan perilaku ini.
Memiliki tubuh ringan dan lincah, kelelawar vampir sulit disadari kehadirannya, sekalipun mereka tengah meminum darah Anda. Berbeda dengan kelelawar biasa, kelelawar vampir dapat berjalan, berlari, dan melompat. Mereka punya kaki belakang yang kuat dan ibu jari yang membantu mereka melompat dan lepas landas lebih mudah.
Baca Juga: Bayi Kelelawar Ternyata Belajar Mengoceh Seperti Bayi Manusia
Ditambah dengan kemampuan ekolokasi, yang membuat mereka bisa melihat dalam gelap. Inilah yang membuat kelelawar vampir menjadi makhluk pengisap darah yang ahli mengendap-endap. Anda tak akan tahu telah digigit vampir ini bila tidak menyadari bekas gigitannya. Atau, Anda tidak menyadari tertular suatu penyakit yang dibawanya. Semoga ini tidak terjadi.
"Mereka terbang bersama kesana kemari, tetapi kami tidak tahu apakah mereka masih berinteraksi satu sama lain," kata Gerald Carter, ahli biologi evolusi di Ohio State University di Columbus.
Untuk mengetahuinya, Carter dan rekannya Simon Ripperger dari Museum für Naturkunde di Berlin, membangun penelitian sebelumnya yang mengungkap jaringan sosial koloni menggunakan ransel kelelawar. Sensor komputer kecil yang direkatkan ke 50 kelelawar betina di Tolé, Panama, terus-menerus mencatat kedekatan dengan sensor lain, baik di dalam sarang maupun di luar. Indikasinya menunjukkan saat kelelawar bertemu saat mencari makan.
Baca Juga: Penampakan Temuan Fosil Kelelawar Vampir Berusia 100.000 Tahun
Kelelawar yang memiliki sahabat jarang meninggalkan sarangnya bersama-sama, menunjukkan bahwa mereka tidak melakukan perburuan yang terkoordinasi dengan ketat, kata Carter. Akan tetapi, kelelawar dengan riwayat bergaul satu sama lain lebih mungkin daripada kelelawar asing untuk bertemu di lapangan dan kemungkinan makan bersama, demikian temuan para peneliti.
Pertemuan dengan teman komunitasnya juga berlangsung lebih lama, rata-rata, dibandingkan interaksi lainnya. Itu terutama berlaku untuk kelelawar dengan banyak teman bertengger.
“Ini adalah pertemuan yang kurang lebih serampangan,” kata Carter.
Dia menduga bahwa kelelawar kebanyakan mencari makan sendirian. Akan tetapi, ketika mereka bertemu kelelawar yang bersahabat dengan seekor sapi, misalnya, mereka akan makan bersama daripada berkelahi atau terbang mencari makanan lain. Menyayat luka baru bisa memakan waktu 10 hingga 40 menit, kata Carter, jadi berbagi dengan teman bisa menghemat waktu dan energi bagi kelelawar yang haus darah ini.
Baca Juga: Kesatria Malam Penyambat Nyawa, Ketika Kita Bergantung pada Kelelawar
Source | : | Science News |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR