Pada kasus demam berdarah dengue (DBD), pasien mengalami kebocoran plasma yang mengandung air, gula, dan elektrolit dari dalam pembuluh darah ke jaringan sekitarnya. Kebocoran ini apabila tidak diatasi mampu menimbulkan gejala penyakit yang ringan, berat, bahkan fatal: kematian. Sebab itu, pengobatan utama DBD adalah mengganti cairan akibat kebocoran plasma tersebut.
Keterangan ini dipaparkan oleh dokter spesialis penyakit dalam RSCM Leonard Nainggolan, dalam program serial edukasi kesehatan SOHO #BetterU, di Jakarta (10/6), yang diselenggarakan oleh perusahaan farmasi SOHO Global Health, pada peringatan Hari Demam Berdarah ASEAN.
DBD adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk dan bersifat epidemik (dapat ditularkan antarmanusia). Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan luas menjangkiti banyak negara di Asia Tenggara.
Selain itu, penyakit ini juga bersifat musiman yang ditemukan biasanya pada musim hujan yang memungkinkan vektor penular (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) hidup di genangan air bersih.
Berdasarkan Riskesdas 2007, adanya pergeseran penyakit DBD yang semula dikenal sebagai penyakit anak-anak, namun kini banyak ditemukan pada penderita dewasa. Prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok umur 25 - 34 tahun.
Masa inkubasi DBD dimulai dari gigitan hingga timbulnya gejala berlangsung selama dua minggu. Setelah digigit, virus tersebut memasuki masa inkubasi dan berada di darah penderita selama 5 - 9 hari. Jika daya tahan tubuh tidak mampu menetralisir virus dengue, maka orang tersebut akan mengalami berbagai gejala DBD.
Leonard menjelaskan, umumnya DBD ditandai oleh demam tinggi mendadak, sakit kepala hebat, rasa sakit di belakang mata, otot dan sendi, hilangnya nafsu makan, mual-mual dan ruam (kemerahan pada kulit). Gejala pada anak-anak dapat berupa demam ringan yang disertai ruam.
Perlu diketahui, pada penderita DBD sering terjadi trombositopenia (kadar trombosit di bawah rata-rata normal) dan umumnya jumlah trombosit kurang dari 100.000 per milimeter kubik. Untuk mencegah terjangkit DBD, Dr. Leonard menyarankan untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan menjaga daya tahan tubuh.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR