Sebuah buku yang merekam tentang kearifan lokal dan cerita khas masyarakat pribumi Australia di Kawasan Teritori Utara diterbitkan pekan ini. Buku ini terbilang sangat istimewa karena butuh waktu 50.000 tahun untuk memproduksinya.
Buku berjudul Ngan'gi Plants and Animals atau yang berarti Tumbuhan dan Hewan di Ngan'gi ini mendokumentasikan berbagai pengetahuan, cerita tradisional, dan adat istiadat dari masyarakat pribumi Australia mengenai lingkungan mereka di daerah Daly River di Kawasan Teritori Utara.
Buku yang diterbitkan atas kerja sama dengan Departemen Pengelolaan Sumber Daya Alam Kawasan Teritori Utara dan Badan Kerja Sama Seni, Budaya, dan Bahasa Masyarakat Merrepen itu memuat foto-foto dan ilustrasi lebih dari 560 spesies tanaman dan hewan di kawasan itu.
Salah seorang penulis, Glenn Wightman, mengatakan, proses penyusunan buku itu membutuhkan waktu selama dua dekade oleh ilmuwan dan kalangan lansia suku Aborigin Ngang'gi.
"Beratnya satu kilogram dan penuh dengan pengetahuan berharga. Orang-orang ini telah mewariskan pengetahuan ini selama puluhan ribu tahun di utara Australia," kata Wightmann.
"Namun, butuh waktu 25 tahun untuk menulis kembali semua pengetahuan masyarakat yang menguasai kawasan ini," lanjut dia.
Alasan lain yang menjadikan penulisan buku ini sangat lama adalah karena versi awal buku ini, yang diterbitkan tahun 1998, telah hancur karena banjir di River Daly. "Ini benar-benar menyedihkan," kata Wightman.
"Ketika itu, kami mencetaknya sebanyak 1.000 eksemplar, tetapi kami kehilangan lebih dari 900 eksemplar buku karena buku-buku itu disimpan di pusat seni," papar dia.
"Namun, kami tidak kehilangan semua pengetahuan di buku tersebut," ujar Wightman.
"Rekan penulis saya, Patricia Marrfurra McTaggart, sempat menyimpan arsip buku itu di atap rumahnya sebelum banjir sehingga kami masih memiliki catatan dari buku tersebut."
Namun, buku aslinya tidak seluruhnya hancur karena banjir. "Yang menyedihkan adalah empat penulis di buku itu telah meninggal dunia selama proses penerbitan buku pertama dan kedua," kata Wightman.
Kondisi ini, tambah Wightman, semakin menekankan alasan pentingnya penerbitan buku ini, yaitu untuk menjaga agar pengetahuan adat dan tradisional itu tetap terjaga meskipun kalangan tetua masyarakat Aborigin di kawasan itu meninggal dunia.
"Pelestarian kekayaan tradisional mereka ini menjadi kekhawatiran yang banyak disampaikan warga Aborigin lansia yang saya jumpai di kawasan ujung atas dan Kimberley," kata Wightman.
"Kami berbicara mengenai kepunahan mamalia dan tumbuhan asli di kawasan itu. Namun, sekarang kami menghadapi ancaman bencana kepunahan pengetahuan mengenai keragaman hayati dan kebudayaan asli warga Aborigin karena sejarah dari masa permukiman warga Eropa dan usia dari kalangan lansia Aborigin yang masih memahami pengetahuan unik itu," kata dia.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR