Tetapi sebuah penelitian yang diterbitkan minggu 20 September di Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan alasan yang lebih mendasar mengapa kini planet merah ini terlihat sangat berbeda dari "marmer biru" Bumi.
Untuk studi baru, Wang dan kolaboratornya menggunakan isotop stabil dari elemen kalium (K) untuk memperkirakan keberadaan, distribusi, dan kelimpahan elemen volatil pada benda planet yang berbeda.
Kalium adalah elemen yang cukup mudah menguap, tetapi para ilmuwan memutuskan untuk menggunakannya sebagai semacam pelacak untuk elemen dan senyawa yang lebih mudah menguap, seperti air. Ini adalah metode yang relatif baru yang menyimpang dari upaya sebelumnya untuk menggunakan rasio kalium-to-thorium (Th) yang dikumpulkan oleh penginderaan jauh dan analisis kimia untuk menentukan jumlah volatil yang pernah dimiliki Mars. Dalam penelitian sebelumnya, anggota kelompok penelitian menggunakan metode pelacak kalium untuk mempelajari pembentukan bulan.
Baca Juga: Terungkap, Bagian Mars Utara Pernah Mengalami Ribuan 'Letusan Super'
Wang dan timnya mengukur komposisi isotop kalium dari 20 meteorit planet merah ini yang dikonfirmasi sebelumnya, dipilih untuk mewakili komposisi silikat massal di planet merah tersebut.
Dengan menggunakan pendekatan ini, para peneliti menentukan bahwa planet merah ini kehilangan lebih banyak potasium dan volatil lainnya daripada Bumi selama pembentukannya, tetapi mempertahankan lebih banyak volatil ini daripada bulan dan asteroid 4-Vesta, dua benda yang jauh lebih kecil dan lebih kering daripada Bumi dan Mars.
Para peneliti menemukan korelasi yang jelas antara ukuran tubuh dan komposisi isotop kalium.
"Alasan untuk kelimpahan jauh lebih rendah dari unsur-unsur volatil dan senyawanya di planet yang berbeda daripada di meteorit primitif yang tidak berdiferensiasi telah menjadi pertanyaan lama," kata Katharina Lodders, profesor peneliti ilmu bumi dan planet di Universitas Washington, rekan penulis studi tersebut. "Temuan korelasi komposisi isotop K dengan gravitasi planet adalah penemuan baru dengan implikasi kuantitatif penting untuk kapan dan bagaimana planet yang berbeda menerima dan kehilangan volatilnya."
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR