Di media sosial tak hanya soal kampanye kreatif, tetapi juga kampanye negatif bahkan kampanye hitam pun bertebaran, yang disebut oleh lembaga survei menggerus elektabilitas Jokowi dan menguntungkan Prabowo.
Menurut Politicawave, situs yang menjaring percakapan di media sosial, Jokowi - JK lebih banyak menjadi sasaran kampanye hitam dengan jumlah persentase 94,9 % dan 5,1 % kampanye negatif.
Sementara kampanye hitam bagi pasangan Prabowo-Hatta lebih sedikit yaitu 13,5%, sementara kampanye negatifnya mencapai 86,5%.
Yose mengakui respons untuk mengklarifikasi kampanye hitam yang ditujukan kepada Jokowi sebelumnya lambat dilakukan, tetapi belakangan mulai gencar diluruskan melalui relawan di media sosial dan juga di kalangan akar rumput dengan pembagian tabloid.
Pengaruhi pemilih
Percakapan di media sosial seringkali diteruskan kepada mereka yang tidak memiliki akun di FB ataupun Twitter.
Tetapi, sebaran pengguna Facebook di Indonesia yang hampir merata di sejumlah wilayah disebutkan lebih efektif dibandingkan Twitter yang hanya menjangkau kalangan perkotaan.
Bubu.com menyebutkan 70% percakapan mengenai pemilu terjadi melalui Facebook. Dalam "Indonesia Election Tracker: Suara Indonesia" aplikasi pelacak percakapan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 Bubu.com kerjasama dengan Facebook, diketahui sebanyak 44,04% membicarakan Prabowo, dan Jokowi 52.47%.
Shinta Laksmi Witoyo selaku CEO dan Founder PT Bubu Kreasi Perdana atau Bubu.com mengatakan data tersebut dihimpun dari semua mention atau percakapan di seluruh dunia terkait nama-nama capres dan cawapres yang bersaing dalam pilpres di Indonesia.
"Kami menarik data percakapan mengenai pemilu atas seizin Facebook, dan informasinya dapat dilihat melalui aplikasi dalam bentuk grafis, dan bisa dilihat daerahnya," kata Shinta.
Dari data tersebut diketahui jumlah pengguna Facebook terbanyak berusia 25-34 tahun disusul 18-24 tahun.
Pengamat media sosial Nukman Luthfie menyebutkan kampanye melalui media sosial efektif untuk mempengaruhi para pemilih.
"Tadinya golput jadi tidak golput karena mendengarkan percakapan temannya, anak-anak muda akan mendengarkan teman, teman ngomong dia akan dengerin, meski belum tentu dia menurut, tapi lama-lama akan mengambil keputusan," jelas Nukman.
Menurut Nukman, percakapan di media sosial akan mempengaruhi orang yang belum menentukan pilihan dan preferensi pemilih pemula.
Jumlah pemilih pada pilpres 2014 mencapai 190.307.134 orang, jumlah pemilih pemula mencapai lebih dari 11% dan pemilih muda dibawah usia 30 tahun mencapai 30%.
Lembaga survei menyebutkan sekitar 23% pemilih belum menentukan pilihan dalam pilpres mendatang.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR