Fisik yang kuat adalah modal utama bagi yang ingin menjadi bagian dari kegiatan pencinta alam. Setiap organisasi pencinta alam, termasuk organisasi ekstrakurikuler (ekskul) di sekolah, pun berlomba-lomba melatih fisik para anggotanya sehingga mampu menjadi pencinta alam (PA) yang sesungguhnya. Mendaki gunung, memanjat tebing, dan menelusuri gua-gua adalah beberapa contoh kegiatan anak pencinta alam.
"Biasanya sih hukuman fisik di sini kita kasih yang ngembangin fisik mereka juga, seperti push-up dan lari," kata Marie Stella, Ketua Kelompok Pencinta Alam SMA Charitas, Selasa (8/7).
"Sisgahana (organisasi PA SMAN 70) termasuk kegiatan ekskul notorious di 70 dan terkenal kerasnya. Yang anak bela diri aja lari keliling lapangan 10 kali aja udah parah banget, itu anak Sisgahana minimal 10 lebih mungkin," kata Ismail, alumnus SMAN 70 angkatan 2012 yang mengikuti organisasi ekskul karate semasa SMA.
Sayangnya, latihan fisik tersebut kadang kala disalahgunakan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk melatih. Senior dan alumnus dalam suatu organisasi ekskul PA adalah contoh pihak yang memiliki kans untuk menyalahgunakan kekuasaan tersebut.
"Memang waktu masih yunior pun mereka diperlakukan seperti itu, tetapi bila dilihat kembali, diklat adalah pendidikan dan latihan, bukan ajang kekerasan. Kita ini Sispala (pencinta alam) bukan militer. Jika ingin memberikan hukuman pun, harusnya hanya push-up atau lari. Hukuman yang berbau kontak fisik adalah hukuman terburuk," kata Putra Novianto, anggota kelompok pencinta alam SMA Charitas yang baru lulus tahun ini.
Lima siswa kelas XI SMAN 3 Jakarta menjadi tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan terhadap yuniornya saat kegiatan organisasi PA yang digelar di Tangkubanparahu, Bandung, Jawa Barat. Arfiand Caesar Al Irhamy dan Padian Prawirodirja adalah dua yunior yang meninggal setelah kegiatan tersebut.
"Kasus di SMAN 3 seharusnya tidak perlu terjadi. Pendidikan pada organisasi pencinta alam di lingkungan sekolah seharusnya lebih bernuansa akademis dan humanis. Kontak fisik yang terjadi adalah penyimpangan dari esensi pencinta alam itu sendiri," kata Ketua Mapala UI Ridwan.
Ridwan menambahkan, di Mapala UI, latihan fisik dilakukan atas dasar kebutuhan akan fisik yang kuat untuk mengikuti kegiatan di Mapala, bukan atas hukuman atau paksaan senior.
"Di Mapala UI, kalau penggemar panjat tebing, biasanya porsi pull-up itu banyak. Kalau yang gemar diving, porsi renangnya lebih banyak," tutur Ridwan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR