“Terserahlah, itu bukan urusan saya,” ujar Suhendri singkat ketika ditanya tentang klaim pihak-pihak lain itu.
Di dinding pondoknya juga banyak tergantung foto, foto dari rombongan mahasiswa, peneliti dan aparatur negara dari berbagai daerah. Mereka datang untuk belajar dan bertukar pengalaman, menimba ilmu yang diperoleh Suhendri dari interaksi dengan wanataninya.
“Itulah kebahagian terbesar saya, karena apa yang saya lakukan bukan hanya bermanfaat untuk alam melainkan juga untuk ilmu pengetahuan,” kata Suhendri dengan mata berbinar.
Bagi Suhendri merawat dan membesarkan pepohonan merupakan bagian dari garis hidup yang tidak bisa dinilai dalam bentuk nominal angka rupiah saja. Ia mengaku bahwa lahan yang sudah menghijau asri miliknya ini pernah ditawar oleh investor untuk dijadikan semacam resort, bahkan ada tawaran yang mencapai angka sepuluh miliar rupiah.
Namun Suhendri tak bergeming dengan tawaran yang menggiurkan itu karena sudah punya rencana sendiri. Suhendri tetap menginginkan agar lahan miliknya itu menjadi paru-paru bagi kotaTenggarong dan tempat persinggahan berbagai satwa. Konon Suhendri ingin menyerahkan hutan miliknya kepada pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara untuk dijadikan hutan kota.
Itulah Suhendri, sosok yang tak pernah mengeluh untuk mewujudkan mimpinya membangun hutan kota yang memberikan kesejukan bagi warga kota Tenggarong.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR