Sebuah terobosan harus dilakukan oleh Indonesia untuk membuka akses pengetahuan dan pendidikan agar bisa keluar dari jebakan kelas menengah, demikian menurut Badan Program Pembangunan PBB (UNDP).
Hal ini diungkap seiring dengan dirilisnya indeks pembangunan manusia (HDI), Kamis (24/7), yang menempatkan Indonesia di peringkat 108 dari 187 negara.
HDI merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur perkembangan jangka panjang di tiga sektor utama pembangunan manusia, yaitu harapan hidup, akses terhadap pengetahuan, dan standar kehidupan layak.
Pada 2013, HDI Indonesia berada di kisaran tengah, yaitu 0,684. Angka ini lebih besar dibandingkan mayoritas negara Asia Tenggara lain seperti Vietnam, Laos, Myamnar dan Filipina, tetapi masih lebih rendah dari Thailand, Singapura, dan Malaysia.
Jebakan kelas menengah
Menurut juru bicara UNDP, Tomi Soetjipto, indeks ini menunjukan konsistensi pembangunan manusia yang dilakukan Indonesia.
Terbukti sejak 1980 hingga 2013, HDI di Indonesia terus mengalami peningkatan dari 0,471 menjadi 0,684—atau naik sekitar 1,14% per tahun.
"Dalam waktu 40 tahun trennya terlihat naik, bahkan Indonesia menjadi salah satu dari 10 negara di dunia yang nilai HDI-nya tumbuh paling pesat dalam 40 tahun terakhir," jelas Tomi kepada BBC Indonesia.
Namun, data ini juga menunjukan adanya tantangan besar bagi Indonesia, khususnya pemerintahan baru mendatang.
Pasalnya, indeks akses pengetahuan—yang menjadi salah satu indikator pembangunan manusia—sejak tiga tahun terakhir menunjukan stagnansi.
Tomi mengatakan stagnansi ini disebabkan tingkat harapan pendidikan yang cukup tinggi di mana rata-rata seorang anak bisa mencapai tingkat satu universitas.
"Karena memang cukup tinggi, sehingga dibutuhkan terobosan untuk keluar dari stagnansi itu," jelas Tomi.
"Pendidikan adalah kunci untuk Indonesia untuk keluar kelas menengah, keluar dari apa yang disebut banyak orang sebagai jebakan kelas menengah."
Jebakan kelas menengah atau dikenal dengan sebutan middle income trap merupakan situasi di mana perekonomian suatu negara stagnan karena gagal berkompetisi dengan negara-negara lain.
Mereka biasanya belum mampu menjadi negara maju dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR