Puluhan penumpang terlihat berkumpul di dek 7 buritan KM Ciremai. Beberapa berbincang sambil merokok. Ada pula yang berdiri termangu memandang lautan.
Kapal itu baru sekitar 1 jam berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Beberapa penumpang terlihat masuk dan duduk ke perahu sekoci kapal. Padahal perahu itu seharusnya steril dan hanya boleh ditumpangi dalam keadaan darurat.
"Pak, ayo, Pak, jangan duduk di sekoci! Terlarang ini, tidak boleh," kata Mualim II Chaerudin di dek 7 buritan KM Ciremai, Sabtu (26/7).
Setelah diperingatkan, barulah para penumpang itu keluar dari sekoci. Namun ada pula yang bertahan duduk di sekoci.
Chaerudin mengatakan masih banyak contoh kelakuan "ajaib" penumpang di kapal laut. Misalnya memanjat pagar pembatas dek.
"Sebenarnya standarnya itu tidak boleh dipasang pagar tinggi. Tapi kita terpaksa memasang (pagar), soalnya ada saja penumpang yang manjat pagar terus turun ke dek di bawahnya. Padahal dilarang. Orang Indonesia memang kadang suka begitu, semakin dilarang malah semakin penasaran," ujar Chaerudin.
Contoh lainnya adalah merokok. Kebiasaan merokok orang Indonesia, tutur Chaerudin, berbeda dengan kebiasaan merokok orang asing. Orang Indonesia biasanya membuang abu dan puntung roko di sembarang tempat.
"Tapi kalau orang asing itu bagus sekali. Dia merokok sambil memegang wadah kertas. Nanti dia buang abunya di wadah itu. Disiplin sekali. Kalau orang Indonesia sembarangan saja," jelas dia.
KM Ciremai pada hari raya Idul Fitri tahun ini mengangkut 1.250 unit sepeda motor dan 2.500 pengendara sepeda motor mudik gratis dengan rute Tanjung Priok-Tanjung Emas pulang pergi.
Program mudik ini diselenggarakan Kementerian Perhubungan, PT Pelni, dan Telkomsel guna mengurangi kemacetan dan kecelakaan sepeda motor saat mudik.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR