"Dedak, tahi kuda, dan sisa pembakaran sampah dengan perbandingan 1:1:1," kata Bodi Iskandar, Kamis (14/8), di kompleks Hutan Kota Pesanggrahan, Sanggabuana, Karang Tengah, Jakarta Selatan. Ini cerita soal sayuran organik.
Bodi sedang menjelaskan tiga material utama penyusun media tanam untuk sejumlah jenis sayuran organik yang ditanam di sebagian lokasi tersebut.
Sudah empat bulan terakhir, bersama salah seorang rekannya, Bodi berada di lokasi itu guna mendampingi pegiat lingkungan Haji Chaerudin bertani organik. Bodi merupakan salah seorang lulusan program The Learning Farm di Cianjur, Jawa Barat.
Selama 100 hari, Bodi diajari berbagai hal tentang pertanian organik, termasuk filosofi dan aspek manajemen, selain sisi praktis dari praktik pertanian organik.
Di Pesanggrahan, Bodi di antaranya mengawal penggunaan media tanam untuk sejumlah sayur-mayur tadi. Program pertanian organik di perkotaan (urban farming) yang diinisiasi komunitas peduli lingkungan Greenweb itu sudah mulai berwujud.
Beragam sayuran, seperti terong, cabai, dan tomat, yang ditanam dalam polybag, berderet di sejumlah titik. ”Kami tanam di polybag karena tanahnya terkontaminasi," ujar Tantyo Bangun, salah seorang pendiri Greenweb.
Tempat itu memang dipergunakan pendekar lingkungan, Haji Chaerudin atau yang akrab disapa Babe Idin, untuk melakukan pemusnahan sampah. Sebuah alat bernama Waster (waste terminator) atau pemusnah sampah dengan metode pembakaran, sumbangan dari salah satu lembaga, beroperasi tanpa henti.
Alat itu memungkinkan sampah dibakar dalam suhu tinggi dengan bahan bakar sampah itu sendiri. Salah satu bagian tungku pyrolysis plasmatic menjebak gas dari sampah yang keluar akibat perbedaan tekanan dan suhu, menghasilkan panas hingga 800 derajat celsius.
Sebagian hasilnya adalah abu untuk media tanam, dan asap tipis yang sudah diluruhkan kandungan timbalnya.
Menurut Babe Idin, dalam satu hari sampah seukuran 10 truk bisa dikumpulkan dari sekitar 16 titik.
Sampah-sampah yang sebagian mengotori bantaran Sungai Pesanggrahan dan pinggiran sungai itu masih saja ditemukan Babe Idin. Padahal, ia sudah memulai gerakan pembersihan dan penghijauan itu sejak belasan tahun silam.
Namun, dengan konsep pertanian perkotaan yang dikenalkan Greenweb, Babe Idin mulai menemukan solusi menyeluruh atas gerakannya. Pertanian organik yang menghasilkan sayuran sehat, termasuk terong kegemarannya, membuat Babe Idin makin bersemangat.
Babe Idin ingat masa kecilnya saat bahan-bahan makanan cenderung bebas dari pengaruh produk industri kimia. Babe Idin lantas mewanti-wanti para tamunya untuk memerhatikan asupan makanan.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR