Merokok merusak kesehatan. Namun apa hubungan merokok dan rendahnya pendidikan?
"Perokok yang berpendidikan rendah punya risiko lebih tinggi terkena stroke dibanding yang berpendidikan tinggi," kata Helene Nordahl, peneliti di Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Kopenhagen, Denmark.
Kategori pendidikan rendah dalam penelitian ini adalah mereka yang hanya sampai tingkat SD atau SMP, dengan total 10 tahun pendidikan sejak TK.
Penelitian mengenai hubungan merokok dan rendahnya pendidikan melibatkan 68.643 orang berusia 30 sampai 70 tahun. Mereka membandingkan latar belakang pendidikan, kebiasaan merokok, dan tekanan darah responden.
Hasilnya, 16 persen lelaki dan 11 persen wanita yang berpendidikan rendah dan bertekanan darah tinggi punya risiko terkena stroke lebih tinggi.
Dalam kurun waktu 14 tahun penelitian itu, 10 persen lelaki dan 9 persen wanita yang berisiko lebih tinggi tadi sudah terkena stroke. Sebenarnya tanpa faktor pendidikan pun, merokok memang berbahaya.
Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat atau ketika pembuluh darah rapuh sehingga terjadi perdarahan dan membuat jaringan otak mati.
Racun dalam rokok membuat pembuluh darah yang membawa darah ke seluruh tubuh menjadi kaku. Selain itu, racun tersebut menyebabkan adanya plak lemak yang mengendap di sepanjang pembuluh darah sehingga timbul luka parut dan dinding arteri menjadi keras. Dengan kondisi pembuluh darah yang demikian, risiko terkena stroke dan serangan jantung pun meningkat.
Merokok diketahui menggandakan risiko stroke, bahkan setelah berhenti. Dibutuhkan waktu 15 tahun setelah berhenti supaya risiko tersebut berkurang.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR