Tema pertemuan rutin potluck dua bulanan Komunitas Aku Cinta Masakan Indonesia (ACMI) pada Rabu (17/9) di Almond Zucchini Cooking Studio itu sebenarnya Soto Nusantara. Tapi sepinggan salad lebih dulu mencuri perhatian saya.
Daun utamanya saya kenali betul: pegagan alias antanan (Centella asiatica). Biasanya si daun tapak kuda—julukannya yang lain—ini dibahas karena khasiatnya sebagai obat, tapi kali ini …. dimakan?
“Ya, biasa dilalap juga. Enak dan segar?” tukas William Wongso yang meracik dengan irisan mangga muda, cabikan jeruk bali, memadukan rasa tawar, asam dan manis, dengan penampilan cantik paduan warna hijau, kuning dan merah.
Bila ingin cita rasa lebih, disediakan pula “mangkuk” mungil renyah dan udang kupas segar. Masukkan sejumput kecil salad pegagan.
Di Palembang, pegagan biasa digunakan untuk mengobati batuk anak-anak. Tapi disarankan untuk tak melahap pegagan saat malam, karena pegagan bersifat membangkitkan energi. Nanti tak bisa tidur, terjaga terus.
Sekitar 30 orang anggota komunitas ACMI memegang mangkuk dan sendok, asyik icip-icip aneka soto yang dibawa anggota: soto kedu, sroto sokaraja, soto medan, soto ayam lamongan, soto ayam madura, soto mie bogor, soto bandung, soto tangkar betawi, soto asam pedas palembang. Cukup ambil isinya—entah suwiran ayam, daging, udang, dan beberapa sendok kuah bening atau santan, dan pelengkap macam perkedel, kerupuk udang dan emping untuk menikmati cita rasa.
“Memang itulah salah satu tujuan saya dan Oom William Wongso ketika mendirikan ACMI, September 2012. Masing-masing kita punya resep keluarga yang kita banggakan dan kenang. Tapi, masih tahukah kita resepnya?” papar Santhi Serad, food safety auditor yang menempuh S-2 bidang ilmu dan teknologi makanan di Curtin University di Perth, Australia.
“Dengan potluck, kita berbagi keakraban dan pengetahuan. Kita dokumentasikan resepnya dan siarkan ke dunia internasional: inilah hidangan Indonesia!”
Kita dokumentasikan resepnya dan siarkan ke dunia internasional: inilah hidangan Indonesia
ACMI pun menjadwalkan rutin salah satu cara termudah dan menyenangkan untuk mengenal kekayaan masakan Nusantara: mengunjungi pasar tradisional. Dari sinilah kita menjadi tahu bahan segar, bumbu, olahan hidangan dan penganan.
“Apakah kita dan anak-anak kita masih mengenal bentuk asli bumbu, sayur, ikan yang tersaji di meja makan? Membaui aroma yang menggugah selera? Mari bergabung, tiada biaya khusus.
Serad mengatakan, tiap acara diikuti sekitar 30 orang. Cukup dengan follow di @acmiID.
Masakan Indonesia memang bikin bangga.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kahfi Dirga Cahya |
KOMENTAR