Kekeringan panjang yang melanda beberapa daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengakibatkan debit air sungai terus menurun. Salah satu wilayah yang terkena dampak kekeringan adalah Kabupaten Manggarai Timur, Pulau Flores.
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Insan Lantang Muda (Ilmu) Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT, Doni Parera, kepada Kompas.com di Borong, Kamis (18/9) menjelaskan, debit air Sungai Waebobo di Kelurahan Ranaloba dan Kelurahan Kota Ndora di kabupaten itu terus mengecil. Kondisi itu membuat warga harus berbagi air dengan ternak mereka.
Menurut Doni, warga berbagi air dengan hewan peliharaan di Sungai Waebobo, tepat di bawah Jembatan Waebobo yang dibangun dengan biaya Rp20 miliar. Fenomena itu sungguh ironis.
Kebutuhan warga yang mendasar sebenarnya adalah air bersih, tetapi yang diprioritaskan oleh pemerintah malah membangun jembatan dengan biaya yang sangat besar.
"Dulu air minum bersih pernah mengalir dengan baik ke permukiman warga ketika masa pemilihan bupati dan wakil bupati Manggarai Timur 2013 lalu. Tapi, setelah itu, [air] tidak mengalir lagi," ujar Doni, Kamis. Sebenarnya, kata Doni, di daerah itu sudah dibangun jaringan pipa air bersih yang dikelola oleh Pastor Waser SVD. Air pun mengalir lancar ke permukiman warga.
Namun, setelah pengelolaannya diambil alih oleh Pemkab Manggarai Timur, bak-bak penampungan air menjadi kosong.
"Saya sarankan sebaiknya mobil-mobil tangki milik Dinas Sosial datang ke rumah warga untuk bagi-bagi air minum," ujarnya.
Doni menambahkan, krisis air bersih juga melanda Desa Nanga Labang ketika air di Sungai Waelaku terus berkurang. Mereka juga harus berbagi air sungai dengan binatang peliharaan.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR