Di Brasil saja, negara yang memiliki 30 persen luasan hutan hujan "paru-paru" dunia tersisa, deforestasi sudah dalam tingkat mengkhawatirkan.
Para ahli biologi sekaligus konservasi telah menyuarakan kecemasan akan konsekuensi-konsekuensi kerusakan lingkungan jangka panjang. Salah satunya, banjir yang mulai melanda area itu sejak 1990-an. Banjir kemungkinan besar akibat deforestasi dan efek perubahan iklim.
Upaya-upaya yang tengah berjalan untuk mencegah penggundulan hutan, terutama dengan mengusung kampanye penebangan berkelanjutan, sejauh ini belum menghasilkan suatu dampak yang signifikan.
Inkubator kehidupan
Padahal, kerimbunan hutan hujan tropis—seperti Amazon—adalah sebuah inkubator kehidupan. Hutan tropis memegang peranan ekologis. Serta fungsi ekonomi lewat keanekaragaman hayatinya.
Tahukah bagaimana pengaturan air di dalam hutan tropis? Hutan tropis mengambil air dari atmosfer melalui proses transpirasi. Hutan didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis, dengan tingkat kerapatan tinggi.
Berada di tempat dengan curah hujan banyak, tiap satu lapisan kanopi hutan mampu melepas sekitar 760 liter air per tahun. Terjadilah siklus: embun membantu menghasilkan awan-awan kaya akan uap air yang menaungi hutan, terserap kembali, lalu mampu menjaga ekosistem senantiasa basah (lembap) dan hangat.
Vegetasi dalam hutan hujan bertumbuh seiring ancaman terus-menerus serangga preadator. Namun mereka dapat tumbuh karena melakukan adaptasi dengan memproduksi senyawa kimia—yang oleh para peneliti ditemukan bermanfaat sebagai obat-obatan.
The National Cancer Institute (NCI) menyebutkan, 70 persen dari tanaman antikanker yang sudah diidentifikasi saat ini berasal dari tumbuhan di hutan hujan.
Faktanya, upaya masuk ke hutan hujan untuk mencari biota yang dapat digunakan dalam makanan, kosmetik, atau obat-obatan, menjadi praktik yang berlangsung dan berkembang sebagai bisnis selama dekade terakhir. Praktik ini disebut bioprospecting.
Maka menjadi penting melestarikan belantara tropis yang tersisa di atas planet ini.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR