Di tengah hamparan tanah Pacitan yang berbatu nan tandus, tersingkap ceruk-ceruk bawah tanah dengan keindahan yang mengundang decak kagum. Surga para penelusur gua yang menjadi bagian dari kawasan karst Gunung Sewu itu tersebar dengan beragam bentuk dan struktur.
Gua itu antara lain Luweng Jaran di Desa Jlubangan, Kecamatan Pringkuku, dan Luweng Suling di Desa Klepu Karanganom, Kecamatan Donorojo, Pacitan, Jawa Timur. Penelusur gua dari Perhimpunan Mahasiswa Pencinta Alam Palawa Universitas Padjadjaran, Bandung, menjelajahi keduanya, 19-21 September lalu.
Luweng Jaran dan Luweng Suling merupakan gua jenis vertikal yang harus dimasuki dengan menuruni mulut gua menggunakan tali dan teknik khusus hingga ke dasar ceruk. Mulut gua yang sempit dengan kedalaman belasan hingga puluhan meter di bawah permukaan tanah membuat sinar mentari pun enggan merambat masuk.
Para penelusur gua menyongsong gelap dengan berbekal penerangan dari senter kepala (headlamp). Setiba di dasar gua, terhampar lorong yang bercabang menyerupai labirin.
Terkadang mereka harus mendongak karena berada di ruangan sebesar gedung pertemuan atau merayap karena lorong yang dilewati hanya setinggi 50 sentimeter. Sebagian lorong juga dilalui sungai bawah tanah dengan arus cukup deras.
Ceruk-ceruk labirin itu pula yang menyimpan sejuta keindahan dari ornamen-ornamen goa yang berkilauan di dalamnya. Tidak hanya juntaian stalaktit dan stalagmit, tetapi ada juga yang berbentuk hamparan lekukan tirai jendela, tegakan pilar, mutiara, atau aliran air yang membeku.
Sejumlah penelusur gua dan ahli speleologi baik dari dalam maupun luar negeri secara periodik datang ke Pacitan untuk mengeksplorasi dan melakukan pemetaan. Kekayaan struktur geologi di kawasan karst Gunung Sewu ini sangat potensial dikembangkan menjadi objek wisata minat khusus dan penelitian.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR