Hingga Jumat (17/10), diperkirakan masih ada 10 orang yang hilang dalam bencana badai dan salju longsor yang menghantam jalur pendakian Annapurna Circuit di Pegunungan Himalaya, Nepal, Selasa lalu. Namun, 10 pendaki asal Indonesia di Annapurna dipastikan selamat.
Tim penyelamat kini sedang mencari 10 orang yang masih hilang. Jumlah korban tewas hingga kini telah mencapai 32 orang, dengan 17 di antaranya warga asing. Para pendaki yang tewas adalah warga negara Kanada, India, Israel, dan Polandia.
Tim pencari dan sejumlah saksi mata mengatakan, jumlah korban hilang bisa lebih banyak lagi, termasuk porter dan penduduk desa yang terperangkap ketika badai salju menghantam. Kini upaya penyelamatan difokuskan ke Thorong La Pass di ketinggian 5.416 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang merupakan titik tertinggi di jalur Annapurna Circuit.
Perdana Menteri Nepal Sushil Koirala, kemarin, berjanji akan membuat sistem peringatan cuaca setelah peristiwa tersebut.
Sebanyak sepuluh pendaki asal Indonesia yang tengah berada di Annapurna dipastikan selamat. Para pendaki Indonesia tersebut tergabung dalam kelompok Fit@Fifty, yakni para pendaki berusia di atas 50 tahun. Mereka adalah alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Mapala UI, Wanadri, dan Resimen Mahasiswa Universitas Parahyangan.
Sepuluh pendaki Fit@Fifty itu dipimpin Radjani Panjaitan. Anggota tim pendaki adalah Agung Sutiastoro, Gabriel Tri Swastono, Ade Rahmat, Ari Nugroho, Raharjo S Unggul, Adiseno, Paido Panggabean, Manogari Siahaan, dan Nizar Suhendra.
Menurut Adiseno, mereka semua kini telah aman di Kota Pokhara, Nepal. Dalam komunikasi melalui layanan pesan singkat (SMS) dengan Kompas, Jumat, Adiseno mengatakan, mereka berangkat 3 Oktober lalu. Mereka berencana naik ke puncak Chulu West (6.419 mdpl) dan Annapurna Circuit. Mereka tiba di base camp Chulu pada 11 Oktober dan melakukan aklimatisasi.
Saat naik ke high camp di ketinggian 5.300 mdpl, Senin (13/10), hujan salju mulai turun pada petang hari. Padahal, sepanjang pekan sebelumnya cuaca selalu cerah.
"Perubahan ini membatalkan rencana pendakian pada pukul 11 malam. Pasang Dawa, sherpa pendakian, memutuskan batal. Sampai 14 Oktober pagi, hujan salju tidak berkurang. Tenda tertimbun salju sampai 0,5 meter," ujar Adiseno.
Selama delapan jam mereka kemudian bergerak dalam kondisi whiteout (jarak pandang berkurang karena salju) turun ke Letdar di ketinggian 4.200 mdpl.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR