Seorang pejabat tinggi kehakiman Iran, Senin (10/11), membantah pihaknya telah memenjarakan seorang perempuan Inggris berdarah Iran pada Juni lalu karena mencoba menonton pertandingan bola voli pria.
Kuasa hukum Ghoncheh Ghavami sebelumnya mengatakan perempuan Inggris berusia 25 tahun itu dijatuhi hukuman satu tahun penjara oleh salah satu pengadilan Iran. (Baca juga Ini Perempuan Iran yang Dipenjara karena Menonton Pertandingan Voli)
"Berdasarkan keputusan pengadilan dia harus menjalani hukuman satu tahun penjara," kata Alizadeh Tabatabaie, kuasa hukum Ghavami kepada media Iran awal bulan ini.
Saat itu Tabatabie mengatakan dia belum menerima pemberitahuan resmi terkait vonis, namun hakim sudah menunjukkan salinan vonis usai pengadilan.
Namun, wakil menteri kehakiman Gholamhossein Mohseni-Ejeie membantah klaim sang kuasa hukum. Dia mengatakan pengadilan belum menjatuhkan vonis karena proses sidang masih berlangsung.
"Kami belum selesai mempelajari kasus ini. Pengadilan masih harus memberi putusan untuk dakwaan lain terhadap Ghavami. Vonis belum dijatuhkan," kata Mohseni-Ejeie kepada wartawan.
Ghavami ditahan pada 20 Juni lalu di Stadion Azadi saat akan menyaksikan laga tim voli putra Iran melawan Italia. Panitia laga kemudian melarang Ghavami dan sejumlah perempuan lainnya serta jurnalis perempuan memasuki stadion. Larangan itu kemudian memicu unjuk rasa singkat.
Setelah sempat ditahan beberapa jam Ghavami dibebaskan namun ditahan kembali beberapa hari kemudian saat dia datang ke kantor polisi untuk mengambil barang-barangnya yang disita polisi.
"Dia masih dalam proses penyelidikan dan kini berada di penjara menunggu investigasi ini berakhir," lanjut Mohseni-Ejeie.
Kasus yang menimpa Ghavami itu menarik perhatian karena perempuan itu memegang dua status warga negara dan sempat ditahan sebelum disidang.
Pada Minggu (9/11), Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) melarang Iran menggelar ajang internasional selama perempuan masih dilarang menonton pertandingan di stadion.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR