Pariwisata merupakan pendapatan penting bagi Nepal. Pendapatan pariwisata 2012 mencapai 350 juta dolar.
Wisata alam termasuk penyumbang terbesar ketiga setelah liburan. dan ziarah. Bagi tetangga Nepal, India yang ekonominya lebih baik, liburan ke Nepal murah meriah. Ditambah ada Lumbini di Nepal, tempat yang dipercaya sebagai kelahiran Siddharta Gautama, Sang Buddha.
Diperkirakan 13 persen wisatawan ke Nepal pada 2012 melakukan pendakian dan trekking. Jumlah mereka mencapai 105.015 pewisata alam.
Pendapatan dari izin pendakian pada 2012 mencapai 344,784 juta Rupee (sekitar 3,5 juta dolar). Sekitar setengah juta jiwa bekerja di bidang pariwisata dari jumlah penduduk 27,8 juta jiwa.
Pendapatan besar dari keindahan alam Nepal ini terguncang oleh alam sendiri. Dua kali bencana melanda di kedua musim wisata alam Nepal. Pada tengah tahun, Nepal mengalami musim muson, dimana hujan mengguyur dan awan menutupi pemandangan puncak-puncak salju.
Di antara musim hujan ini, Maret hingga Mei, dan Agustus hingga Oktober paska Muson. Pra dan paska Muson adalah musim wisata. Akhir dan awal tahun tidak ada wisata alam karena musim dingin.
Bencana pertama terjadi 18 April 2014, pukul 6.45 pagi. Bongkah es raksasa gugur dari tebing di Pundak Barat Everest. Ketika itu rombongan portir pendakian dan pemandu yang merupakan warga Nepal sedang melintas di Khumbu Icefall. Kawasan pecahan glasier yang merupakan ancaman di jalur pendakian Everest melalui Selatan. Dari 24 pendaki di jalur longsor 16 gugur. Tiga belas dari mereka berasal dari suku Sherpa, dan tiga lainnya dari suku Tamang,Gurung dan Khatri. Ini meninggalkan duka yang mendalam. (Baca di sini)
Tragedi longsor ini memicu adanya mogok pendakian oleh para Sherpa. Ketimpangan kompensasi antara pemandu ekspatriat dan pekerja Nepal mencuat. Nepal Mountaineering Association (NMA), memperjuangkan kenaikan kompensasi asuransi dari 10.000USD menjadi 20.000USD. (Baca di sini)
AngTsheringSherpa, Presiden NMA, mengumumkan mogok jika dalam tujuh hari asuransi tidak dibayarkan.
Akhirnya pendakian Everest musim itu dihentikan, akibatnya nasib biaya 10.000USD izin pendakian yang dikeluarkan untuk 334 pendaki ekspatriat tidak jelas.
Dan, pada 22 April para pemandu Sherpa mengumumkan menghentikan pendakian untuk 2014, termasuk pada musim pendakian paska muson.
Ketika itu bagi pariwisata Nepal, masih ada harapan dari para trekker. Namun Siklon Hudhud, 14 Oktober yang melanda distrik Manang, Mustang, dan Dhaulagiri menguburkan harapan itu.
Sebanyak 43 orang gugur, terkena longsor di basecamp Dhaulagiri, terjebak salju di Thorong La. Selain warga Nepal, portir trekker, pemandu, gembala Yak dan bagal angkut, trekker ekspatriat juga gugur.
Longsor di basecamp Dhaulagiri menewaskan dua warga Slovakia dan tiga warga Nepal.
Dua hari setelah bencana, koran Himalayan melaporkan 16 jasad ditemukan di sekitar Thorong La. Sembilan warga Nepal, tiga Israel, tiga Poland, dan satu dari Vietnam. Laporan lain menyebutkan korban asing dari India dan Kanada di Nar -Fu, Manang.
Pemerintah mengirimkan helikopter militer sejak 15 Oktober. Pesawat digunakan untuk mengungsikan trekker yang terjebak dan mengangkut korban serta jenazah. Setelah penyelamatan dan evakuasi dihentikan pada 19 Oktober, sekitar 407 jiwa dievakuasi dari kawasan bencana. Termasuk penderita sengat beku yang dirawat di lapangan di Jomsom, maupun diterbangkan ke rumah sakit di Kathmandu.
Walau sudah berupaya, Pemerintah Nepal masih dipertanyakan. Perdana Menteri Nepal menyebut kejadian ini sangat tragis "pada masa di mana perkembangan cuaca dilaporkan setiap saat". Ia berharap system peringatan dini diperbaiki.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR