Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta berhasil mendapatkan salinan belasan arsip Keraton Yogyakarta yang tersimpan di sejumlah perpustakaan di negara Inggris dan Belanda.
Baca sebelumnya: Sultan Minta Belanda-Inggris Serahkan Salinan Ulang Naskah Kuno DIY
Salinan arsip Keraton Yogyakarta itu akan dikelola pemerintah daerah dan bisa diakses oleh para peneliti yang ingin pelajari sejarah Yogyakarta secara utuh.
"Salinan arsip-arsip itu sangat penting untuk kita miliki guna melengkapi sejarah Yogyakarta di masa lalu," kata Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY Budi Wibowo dalam Seminar "Khazanah Arsip Yogyakarta di Masa Thomas Stamford Raffles", di Yogyakarta, Kamis (20/11).
Seminar itu antara lain membahas sejumlah arsip milik Keraton Yogyakarta yang dijarah tentara Inggris pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles pada abad ke-17. Selain Budi, pembicara dalam seminar yang diselenggarakan oleh BPAD DIY itu adalah sejarawan asal Inggris Peter Carey dan Kurator Arsip Indonesia dan Melayu di British Library Annabel Teh Gallop.
Budi menjelaskan, sejak 2011, Pemprov DIY mulai menelusuri arsip-arsip terkait Yogyakarta yang berada di Belanda dan Inggris.
Di Inggris, penelusuran dilakukan di British Library, British Museum, dan perpustakaan Royal Asiatic Society. "British Library dan Royal Asiatic Society menyimpan banyak arsip Keraton Yogyakarta yang dulu dibawa Raffles," ujarnya.
Sesudah melalui sejumlah negosiasi, Pemprov DIY akhirnya berhasil mendapat salinan sejumlah naskah kuno, seperti Serat Damar Wulan, Serat Sela Rasa, Serat Jaya Lengkara Wulang dari British Library. Tiga serat itu didapat dalam bentuk file digital atau softcopy.
Dari sejumlah perpustakaan di Belanda, Pemprov DIY berhasil mendapatkan berbagai arsip tentang Sultan Hamengku Buwono IX yang pada masa mudanya sempat kuliah di negeri itu.
Selain itu, sejumlah gambar dan peta beberapa wilayah Yogyakarta pada masa Hindia Belanda juga sudah didapatkan salinannya.
"Kami masih menunggu beberapa salinan arsip lain dari British Library. Saat ini, arsip-arsip itu sedang dalam proses digitalisasi," kata Budi.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR