Kemasyhuran terumbu karang di kepulauan Wakatobi memang tak dapat dipungkiri lagi. Letaknya yang berada di Segitiga Terumbu Karang membuat pesona bawah lautnya begitu memukau. Walau demikian, kekayaan Wakatobi tak hanya berada di dasar lautan tetapi juga di daratan.
Menyadari hal tersebut, WWF Indonesia dan Rujak Center of Urban Studies (RCUS) menggelar Ekspedisi Liwuto Pasi.
“Liwuto Pasi ini berarti pulau karang yang hidup dan menghidupkan masyarakat di atas laut. Mereka adalah masyarakat yang berbudaya,” ujar Marco Kusumawijaya, pendiri dan direktur RCUS yang sekaligus ketua tim Ekspedisi Liwuto Pasi.
Wakatobi merupakan kepulauan yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas mencapai 559,54 kilometer persegi. Kepulauan mempunyai empat pulau besar yakni Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, yang kemudian disingkat menjadi Wakatobi.
Kekayaan Wakatobi tak hanya berada di dasar lautan tetapi juga di daratan.
Ekspedisi Liwuto Pasi mempunyai tujuan membantu transformasi budaya masyarakat Wakatobi, sehingga wisatawan tidak hanya melihat keindahan bawah laut. Lebih dalam lagi memperkenalkan kearifan lokal dan kebudayaan masyarakat Wakatobi.
Sebanyak 10 seniman terpilih tinggal di Wakatobi. Para seniman menawarkan cara berpikir kreatif untuk membuka pikiran masyarakat setempat tentang banyaknya cara untuk melestarikan kekayaan laut.
Kesepuluh seniman atau pekerja kreatif mempunyai beragam latar belakang, seperti penari, pemusik, penulis, hingga ahli bidang kuliner. “Pekerja kreatif bukanlah artis. Mereka tidak tampil di panggung, tetapi bekerja sama dengan masyarakat untuk mengembangkan kebudayaan khas Wakatobi,” tandas Marco.
Sementara, Coordinator of Responsible Marine Tourism WWF-Indonesia, Indar Aminuddin mengatakan, “Ekspedisi Liwuto Pasi hasil kerja sama RCUS dengan pemerintah Wakatobi ini sangat inspiratif. Semua mau berbuat baik dan berkarya.”
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR