Ia berada di dasar laut yang dalam. Tergolek sendiri di pasir, dikelilingi dinding air laut berwarna biru pekat. Ia bernama Sophie Rickmers, sebuah kapal kargo milik Jerman, yang selama puluhan tahun, menjadi penghuni Teluk Pria Laot, Pulau Weh, Aceh.
Beberapa waktu terakhir, nama Sophie menjadi pembicaraan hangat banyak kalangan. Hal ini berkaitan dengan rencana Pemerintah Kota Sabang, untuk mengangkat Sophie dari peraduannya. Untunglah, rencana ini tidak jadi dijalankan. Sang empunya gagasan, yakni Pemerintah Kota Sabang, akhirnya membatalkan idenya ini, pada awal Desember silam.
Pembatalan ini tentu patut dirayakan. Sudah semestinya, memang, Sophie tak diganggu. Keberadaannya di laut Pulau Weh adalah salah satu magnet bagi banyak penyelam, untuk bertandang ke pulau yang terletak di bagian barat laut Pulau Sumatera ini.
Banyak penyelam, ingin bertatap muka dan merasakan langsung kemegahan Sophie, namun, tak semua bisa melakukannya. Ini terjadi lantaran Sophie berada di sebuah tempat yang sulit dijangkau. Ia berada di kedalaman sekitar 50 meter di dalam laut. Dan, sudah tentu, dengan kedalaman seperti ini. tidak sembarang penyelam diperbolehkan menyelam disini.
“Ada beberapa syarat khusus. Misalnya, jam selam harus lebih dari 50 kali, nafas tidak boleh boros, membawa dua tabung, mengenal sistem dive computer dengan baik, dan tentu saja, fisik dan mental harus baik,” kata Ismayudi Dodent, pemilik Rubiah Tirta Diver, salah satu operator selam di Pulau Weh.
Berjumpa Sophie memang bukan perkara mudah. Biasanya, saat menyelam, para penyelam melihat terumbu karang atau samarnya dasar laut, dengan ikan-ikan yang menari-nari di sekeliling mereka. Namun saat akan bertemu Sophie, penyelam hanya akan melihat air laut di sekelilingnya. Tak ada dinding yang ditumbuhi terumbu karang atau samarnya dasar laut yang bisa dijangkau mata. Sejauh mata memandang, hanya dinding biru yang terlihat.
Barulah di kedalaman sekitar 40 meter, ada sosok lain yang nampak. Sebuah bayangan samar dari sebuah benda besar, yang tergolek diatas pasir. Semakin dalam menyelam, semakin jelas wujud benda ini. Inilah Sophie Rickmers, sebuah kapal sepanjang 134 meter. Ia berbaring sendiri dengan anggunnya, berselimutkan terumbu karang dan berbagai jenis ikan
Wujud Sophie terlihat masih sangat utuh. Ruang kemudi, dek, haluan dan tangga kapal, terlihat masih lengkap berada di tempatnya masing-masing.
Sophie Rickmers adalah kapal kargo buatan Jerman yang dibuat pada tahun 1920. Kapal ini tenggelam di perairan Pulau Weh, pada 10 Mei 1940, di masa Perang Dunia Kedua.
Cerita Sophie memang berkaitan erat dengan lakon Perang Dunia Kedua. Bermula dari kisah agresi militer pasukan Jerman ke negara-negara Eropa, termasuk Belanda. Belanda tentu saja tak suka dengan tindakan Jerman ini.
Saat itu, kapal Sophie Rickmers kebetulan memasuki wilayah Sabang, yang menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Belanda yang mendengar kabar ini, kontan berencana merebut Sophie. Sadar kapalnya akan dikuasai oleh Belanda, kapten Sophie memerintahkan anak buahnya, untuk menenggelamkan kapal. Caranya, dengan membuka bagian palka dan membiarkan kapal ini tenggelam dengan sendirinya. Anak buah kapal menuruti perintah kaptennya. Sophie pun tenggelam, setelah sebelumnya seluruh awak kapal berhasil menyelamatkan diri.
Kini, Sophie adalah pusat kehidupan. Di dasar laut , ia menjadi tempat tinggal dan tempat mencari makan, bagi bermacam mahluk laut. Berbagai jenis terumbu karang, ikan-ikan kecil dengan warna-warni tubuh nan rupawan, serta ikan-ikan besar, seperti kerapu dan kuwe, serta belut moray, hidup bersama di tubuh kapal ini. Membuat Sophie terasa begitu hidup, di dalam birunya laut Pulau Weh.
Penulis | : | |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR