Sebuah kapal yang terseret gelombang, menyelamatkan lebih dari 50 orang ketika gulungan ombak tsunami menyapu kawasan pesisir Lampulo, Kecamatan Kuta Ulam, Banda Aceh, 10 tahun silam.
Ini terjadi ketika pada 26 Desember 2004 gempa besar membuat warga desa berjatuhan ke tanah dan disusul naiknya air laut ke darat 15 menit kemudian.
Sekitar 100 meter dari desa, kapal-kapal di sungai mulai naik ke daratan dan orang-orang berlarian dari arah pelabuhan sambil mengabarkan air laut naik.
"Saya berpikir jangan-jangan ini kiamat," tutur Mujiburrizal, seorang pria yang menggerakan warga menyelamatkan diri ke rumah tetangga berlantai dua milik ibu Abasiah.
Puluhan warga yang berkumpul di jalan depan rumah langsung naik ke tingkat dua rumah Abasiah.
"Dalam waktu beberapa detik di tingkat dua itu sudah seleher airnya," ucap Mujiburrizal.
Kapal berputar-putar
Ia dan puluhan warga lainnya, termasuk kedua orang tuanya sendiri, mengira ajal sudah dekat.
"Saya melihat di depan rumah itu sudah lautan tsunami. Orang hanyut, rumah hanyut, kapal hanyut."
Mujiburizzal kemudian naik ke atap rumah.
"Tiba-tiba saya melihat dari sebelah kiri datang satu kapal yang berputar-putar," jelasnya.
Kapal nelayan tua berhenti di lantai dua tersebut. Ia menyorong satu per satu warga ke atas kapal sedangkan seorang teman Mujiburizzal menarik mereka dari kapal.
Sejumlah warga yang sudah terlebih dulu berada di atap rumah juga ikut masuk ke kapal. Seluruhnya terdapat lebih dari 50 orang, termasuk bayi, anak-anak, orang tua, bahkan mayat seorang anak.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR