Bunyi gemericik air yang tumpah. Nyanyian burung berlomba dengan jangkrik. Aroma khas udara berembus sepoi-sepoi dari pepohonan hutan. Ketiganya bersatu menenteramkan jiwa dan mendamaikan pikiran kala menikmati Air Terjun Kuta Malaka, keindahan alam yang tersembunyi di balik gugus Bukit Barisan di Kabupaten Aceh Besar.
Jarak lokasi air terjun itu sekitar 45 kilometer dari Banda Aceh. Sepeda motor atau mobil dua gardan lebih cocok untuk menuju lokasi itu. Awal perjalanan terasa nyaman. Jalan sepanjang 30 kilometer dari Banda Aceh ke kawasan Samahani, Kecamatan Kuta Malaka, mulus dan sepi kendaraan. Jalan itu pun dikelilingi pemandangan sawah hijau yang terbentang di sisi kiri dan kanan. Di sisi kiri jalan tampak pula di kejauhan Gunung Seulawah Agam yang gagah.
Memasuki kawasan Samahani, pengunjung merasakan perjalanan sesungguhnya. Jalan sepanjang 15 kilometer menuju air terjun masih tanah merah.
Ketika musim hujan, jalan itu becek sehingga menyulitkan kendaraan yang tidak didesain untuk lintasan ekstrem. Jalan itu pun harus melewati enam anak sungai yang rata-rata berkedalaman 40-80 sentimeter. Tidak ada jembatan untuk melintasi sungai-sungai tersebut. Perjalanan melintasi jalan itu akan memberikan sensasi memicu adrenalin. Dalam perjalanan, pengunjung bisa berhenti sejenak untuk menikmati kejernihan air sungai di lintasan tersebut yang masih alami.
Sekitar 5 kilometer mendekati lokasi Air Terjun Kuta Malaka, jalanan datar berubah jadi menanjak dan berkelak-kelok. Jalanan pun licin, terutama ketika musim hujan sehingga rawan membuat kendaraan terperosok dan slip.
Tantangan melewati jalan tanah merah, sejumlah anak sungai, dan tanjakan sekitar 30 menit terobati ketika sampai di puncak dekat pintu masuk Air Terjun Kuta Malaka. Di puncak ke arah timur, pengunjung dapat melihat pemandangan indah, perpaduan latar depan jajaran bukit sabana, daratan Aceh, dan latar belakang Selat Malaka yang tampak samar.
Masuk ke Air Terjun Kuta Malaka, pengunjung harus membayar uang retribusi Rp 5.000 per orang.
Air Terjun Kuta Malaka terletak sekitar 200 meter dari pintu masuk ke dalam hutan. Pengunjung harus berjalan kaki melewati 412 anak tangga, dinaungi pepohonan rindang nan sejuk. Pengunjung disambut siulan suara burung dan jangkrik yang seolah mengucapkan selamat datang.
Air Terjun Kuta Malaka dialiri air dari pegunungan yang jernih dan dingin. Jernihnya air membuat dasar telaga di bawah air terjun dapat terlihat dan dari permukaan air telaga tersebut tampak berwarna kehijauan.
Air Terjun Kuta Malaka bertingkat tujuh hingga ke puncak pegunungan. Setiap tingkat air terjun itu berketinggian 3-6 meter. Setiap air terjun memiliki telaga di bawahnya, yang berkedalaman rata-rata 100-200 sentimeter dengan lebar 200-300 sentimeter.
Pengunjung dapat bermain perosotan air, meluncur dari puncak ke telaga di setiap tingkat air terjun. Pengunjung juga dapat berenang di telaga air terjun. Bagi yang tidak dapat berenang, duduk santai menikmati suara gemercik air, nyanyian burung dan jangkrik, serta menghirup dalam-dalam aroma udara yang berembus dari pepohon hutan di tepian telaga pun lumayan. Pengunjung yang tidak dapat berenang juga bisa berendam di telaga yang dangkal.
Namun, keindahan yang masih alami terusik ulah nakal sebagian pengunjung. Mereka membuat sejumlah mural bernamakan seseorang di dinding air terjun. Mural dibuat dengan cara mengikis batu dinding air terjun.
”Mural telah mencoreng keanggunan air terjun ini, sayang sekali. Seharusnya ada petugas yang mengawasi keasrian air terjun,” ujar Reinal (19), pengunjung, mahasiswa pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh.
Banyak sampah plastik bekas makanan dan botol sisa minuman berserakan di pinggiran telaga air terjun. ”Sampah-sampah ini mengurangi kenyamanan orang yang ingin berenang atau duduk di pinggiran air terjun,” ucap Rais (18), mahasiswa pada Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Upaya pengembangan
Air Terjun Kuta Malaka mulai dilirik wisatawan setelah perundingan damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2005. Sebelumnya, lokasi itu terisolasi karena menjadi markas GAM. Sering terjadi baku tembak antara GAM dan TNI di lokasi itu.
Seiring kondusifnya lokasi di sana, wisata Air Terjun Kuta Malaka mulai dilirik wisatawan lokal dan luar Aceh. Berdasarkan data penjaga pintu masuk, jumlah pengunjung ke air terjun itu rata-rata 20 orang per hari pada hari kerja dan melonjak 100-200 orang per hari pada hari libur atau akhir pekan.
Pengembangan Air Terjun Kuta Malaka terkendala infrastruktur penunjang yang masih sangat minim, seperti jalan, penerangan jalan, toilet atau tempat wisatawan berganti pakaian, dan kafetaria. Selain itu, promosi juga masih minim.
Menanggapi itu, pemerintah setempat terus berupaya mengembangkan kawasan Air Terjun Kuta Malaka. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Aceh Besar bekerja sama dengan dinas lain berusaha membangun tangga masuk dan batas wilayah hutan di lokasi air terjun itu.
”Kami juga mengajak pihak swasta untuk membangun jalan aspal dari Samahani menuju lokasi air terjun ini,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Aceh Besar Muhammad Ali. Proyek itu ditargetkan selesai akhir 2015. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Reza Fahlevi mengatakan, pengembangan sektor pariwisata memang sangat membutuhkan dukungan banyak pihak.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR